NEWS

Mengenal Perbedaan Upcycle dan Recycle dalam Pengolahan Barang Bekas

Keduanya sama baik, tinggal pilihannya kembali kepada kita.

Mengenal Perbedaan Upcycle dan Recycle dalam Pengolahan Barang BekasIlustrasi Circular Economy. (ShutterStock/Lemonsoup14)
12 January 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Konsep penggunaan kembali barang bekas atau limbah semakin banyak diterapkan dalam rantai bisnis perusahaan guna mendukung ekonomi sirkular.  Pada sektor fesyen, pengolahan kembali produk-produk bekas ini dikenal dengan istilah upcycle. Sebelumnya kita juga sudah sering mendengar istilah recycle. Lalu apa perbedaannya?

Pegiat lingkungan, sekaligus inisiator dari Zero Waste Adventure, Siska Nirmala, menjelaskan konsep upcycle dan recycle sama-sama memanfaatkan kembali sumber daya yang sudah ada. “Perbedaannya, untuk recycling itu ada proses penghancuran atau dicacah, seperti plastik dicacah untuk kembali jadi plastik,” katanya dalam keterangan pers, Rabu (11/1).

Selain itu, recycle biasanya menghasilkan sebuah produk yang nilainya justru menurun dari nilai sebelumnya. Mengambil contoh plastik kemasan, setelah di-recycling bisa jadi plastik lagi, tapi dengan kualitas yang lebih rendah dari sebelumnya.

Sementara upcycle, tidak ada proses penghancuran. “Produknya itu didesain ulang dari produk yang sudah ada, dibuat jadi sebuah produk baru yang justru meningkatkan dari nilai dia sebelumnya. Kalau tadinya misalnya grade B, ketika di-upcycling jadi naik nilainya,” katanya.

Mengacu pada penjelasan ini, kedua konsep daur ulang ini sebenarnya serupa tapi tak sama. Untuk memahami lebih jauh lagi, Fortune Indonesia akan mengulasnya dengan melansir beberapa sumber.

Nilai proses

Coca-Cola menghadirkan kembali program ‘Recycle Me’ melalui kolaborasi bersama Yayasan Mahija Parahita Nusantara dan Waste4Change di Jakarta, Kamis (20/10). Dok/Coca Cola Indonesia.
Coca-Cola menghadirkan kembali program ‘Recycle Me’ melalui kolaborasi bersama Yayasan Mahija Parahita Nusantara dan Waste4Change di Jakarta, Kamis (20/10). Dok/Coca Cola Indonesia.

Dalam keterangannya, Siska menjelaskan proses kedua konsep daur ulang ini  memiliki perbedaan. Recycle biasanya memiliki nilai proses yang lebih mahal, karena ada proses pencacahan yang butuh sumber daya lebih banyak–seperti air, listrik, dan sumber daya manusia–daripada upcycle.

“Kalau upcycling itu misalnya dari tas dibentuk menjadi jaket, biasanya hanya pemotongan pola yang butuh sumber daya manusia dan tenaga listrik untuk menjahit,” kata Siska.

Meski begitu, produk yang dihasilkan upcycle biasanya lebih spesifik dan eksklusif karena berpeluang hanya ada satu jenis saja, dengan motif atau bentuk yang unik. Artinya, untuk harga jualnya kembali, kemungkinan bisa lebih mahal dari produk sebelumnya.

Nilai ekonomis upcycle

Kemeja produk upcycling Eiger Adventure.
Kemeja produk upcycling Eiger Adventure. (dok. Eiger)

Related Topics