NEWS

Kuntoro Mangkusubroto, Eks Menteri Pertambangan dan Energi Tutup Usia

Ia adalah Menteri Pertambangan dan Energi di era reformasi.

Kuntoro Mangkusubroto, Eks Menteri Pertambangan dan Energi Tutup UsiaUpacara pemakaman Almarhum Kuntoro Mangkusubroto di TMP Kalibata, Jakarta, Minggu (17/12). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
18 December 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Mantan Menteri Pertambangan dan Energi di era reformasi (1998-1999), Kuntoro Mangkusubroto tutup usia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Minggu dini hari (17/12).

Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2014-2016, Sudirman Said, mengatakan, Kuntoro adalah seorang pejuang sekaligus guru yang baik baginya. “Hari ini adalah suasana simbolik, karena seseorang yang terus berjuang untuk idealism dan etika telah berpulang. Bangs aini kehilangan teladan,” ujarnya seperti dikutip dari Antaranews, Minggu (17/12).

Almarhum Kuntoro disemayamkan di rumah duka, Kompleks Kalibata Indah, sebelum akhrinya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Selain sebagai mantan Menteri Pertambangan dan Energi, ia juga pernah menjabat Mantan Direktur Utama PT PLN periode 2000-2001, termasuk sebagai dirut PT Tambang Batubara Bukit Asam dan PT Tambang Timah.

Jasanya bagi Aceh-Nias

Jejak karir  yang tak terlupakan dari Kuntoro adalah pada saat ia menjabat Kepala Badan Rehabilitasi Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, yang bertugas untuk memulihkan kawasan Aceh dan Nias pasca tsunami di tahun 2004.

Sudirman Said mengatakan bahwa tugas sebagai Kepala BRR dilaksanakan Kuntoro dengan sangat baik dan efektif dengan penerapan nilai keadilan, sehingga proses rehabilitasi dan rekonstruksi bisa selesai tepat waktu di tahun 2009. “BRR juga dikenal sebagai lembaga yang bersih dan bebas dari segala macam praktik korupsi,” katanya.

Menurutnya, menjalankan tugas sebagai Kepala BRR tidaklah mudah, karena bersifat kolosal sekaligus monumental, akibat kerusakan tsunami yang parah. Apalagi, sumber daya juga cukup terbatas dan situasi keamanan Aceh yang juga tidak menentu pada saat itu, khususnya antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Bahkan, pada 2007 demi memperlancar upaya rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh, Kuntoro sampai harus menyambangi pemimpin tertinggi GAM, Hasan Tiro, yang tinggal di Swedia, untuk bisa mendapat izin, terutama bagi para pekerja asing yang ikut membantu proses rehabilitasi.

Perjalanan karir

Kuntoro Mangkusubroto lahir pada 14 Maret 1947 di Purwokerto, Jawa Tengah. Ayahnya adalah seorang pengacara, sementara ibunya merupakan seorang dosen Bahasa Inggris di Universitas Sudirman, Purwokerto. Masa sekolahnya ia habiskan di kota kelahirannya hingga akhirnya berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1972.

Kuntoro melanjutkan pendidikannya di Universitas Northeastern dan Universitas Stanford jurusan Teknik Industri pada 1976; kemudian di tahun 1997 ia melanjutkan pendidikan S2 Teknik Sipil di Universitas Stanford; dan pada 1982, Kuntoro menempuh pendidikan S3 Teknik bidang Ilmu Keputusan di ITB.

Jejak karir Kuntoro diawali dengan menjadi Dosen di jurusan Teknik Industri ITB, kemudian pada1983, ia mulai terlibat dalam pemerintahan dengan menjadi Staf Ahli Menteri Muda UP3DN, Ginanjar Kartasasmita; berlanjut menjadi Pembantu Asisten Administrasi Menteri Sekretaris Negara RI Safaruddin Husada, pada 1984.

Dari titik di atas, jabatan demi jabatan strategis pun mulai ia jalani, mulai dari Direktur Utama PT Tambang Batubara Bukit Asam (1988-1989); Direktur Utama PT Tambang Timah (1989-1994); Direktur Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi (1993-1997); lalu Deputi Bidang Perencanaan, Badan Kordinasi Penanaman Modal (1997-1998).

Kemudian, ia pun diangkat sebagai Menteri Pertambangan Kabinet Pembangunan VII di era pemerintahan Presiden Soeharto (1998) dan berlanjut di masa transisi reformasi pemerintahan Presiden B. J. Habibie (1998-1999).

Jabatan ini membawa Kuntoro Mangkusubroto memimpin sebagai Direktur Utama PLN (2000); dilanjutkan sebagai Kepala Badan Pelaksana - Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias (2005); dan Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) di Kabinet Indonesia Bersatu II di tahun 2009.

Related Topics