NEWS

Disinggung Gibran Saat Debat, Apa Itu LFP dan perbedaan dengan NMC

Cawapres 02 bertanya soal LFP kepada Cawapres 03.

Disinggung Gibran Saat Debat, Apa Itu LFP dan perbedaan dengan NMCCawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka (kanan) menyampaikan pandangannya saat Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1). ANTARA FOTO//M Risyal Hidayat
by
22 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka, mempertanyakan sikap Calon Wakil Presiden (cawapres) nomor urut 01, Muhaimin Iskandar, atau Cak Imin berkenaan dengan hilirisasi nikel menjadi baterai kendaraan listrik.

Gibran menyingung Cak Imin yang tidak memahami lithium ferro-phosphate (LFP) dalam mobil listrik. Padahal, menurut Gibran, timses pasangan calon nomor 1 kerap berbicara tentang LFP.

“Yang sering ngomong lithium ferro-phosphate [LFP] itu timsesnya, tapi cawapresnya [Cak Imin] enggak paham. Tesla enggak pakai nikel ini kan kebohongan publik. Mohon maaf, Tesla itu pakai nikel, Pak,” kata Gibran dalam debat Cawapres, Minggu (21/1).

Gibran mempertanyakan posisi hilirisasi Timnas AMIN terhadap nikel setelah lebih banyak berbicara soal LFP sebagai alternatif bahan baku baterai kendaraan listrik di pasar global saat ini.

Malahan, dia bertanya spesifik mengenai posisi Cak Imin dan Tom Lembong soal isu antinikel lewat kampanye bahan baku alternatif tersebut. Padahal, kata Gibran, Indonesia cukup kuat dengan cadangan nikel terbesar di dunia yang mestinya dikapitalisasi.

Lantas apa itu LFP baterai kendaraan listrik?

Laman Elcan Industries menginformasikan bahwa baterai LFP yang juga dikenal sebagai baterai lithium iron phosphate adalah jenis baterai litium-ion yang menggunakan lithium, besi, dan fosfat sebagai bahan katoda.

Baterai LFP (LiFePO4) dikenal dengan masa pakai yang lama dan kinerja yang baik pada suhu tinggi. Tidak terdapat kandungan nikel dalam bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik ini.

Produsen terbesar baterai berteknologi ini, yaitu perusahaan Cina seperti Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL), China Aviation Lithium Battery Co., Ltd (CALB), dan Lishen Battery. Produsen mobil listrik Cina, BYD, juga mengembangkan baterai LFP untuk kendaraannya.

Selain itu, ada pula LG Energy Solution yang berbasis di Korea Selatan, dan POSCO Future M Co Ltd dan EcoPro Co yang menargetkan akan memproduksi LFP pada 2025. Korea Selatan bersikap tidak main-main mengejar Cina yang saat ini menguasai pasar LFP global.

Raksasa mobil listrik dunia, Tesla, menggunakan baterai LFP dan juga berbasis nikel. Tesla menggunakan baterai LFP untuk Model 3 RWD dan Model Y RWD, dan berencana memperluas penggunaannya untuk semi heavy electric trucks dan mobil listrik jenis lainnya agar harganya lebih terjangkau.

Perbedaan LFP dan baterai kendaraan lain

LFP bekerja dengan menggunakan litium besi fosfat sebagai katoda dan grafit sebagai elektroda.

LFP telah meningkatkan daya tahan dan dapat diisi ulang setiap hari dari 0 persen hingga 100 persen.

Baterai LFP juga disebut lebih mudah diproduksi karena tidak bergantung pada komoditas nikel atau kobalt yang pasokannya terbatas dan harganya mudah berfluktuasi.

Keunggulan lainnya, LFP kurang rentan terhadap pelarian termal yang dapat menyebabkan panas berlebih atau kebakaran dan ledakan. Sisi negatifnya, LFP lebih lambat dalam pengisian daya pada suhu yang lebih dingin, serta memiliki kepadatan energi yang terbatas.

Baterai berbahan baku nikel seperti NMC mempunyai kepadatan energi yang lebih besar, sehingga dapat mengisi daya lebih cepat dibandingkan LFP.

Energi yang lebih tinggi tersebut membuat katoda tidak stabil dan lebih mudah terbakar jika disalahgunakan atau diberi daya berlebih atau terlalu rendah.

Jika melihat pada keamanan dan biaya, LFP memang bisa menjadi pilihan.

Related Topics