Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

ExxonMobil, Chevron, dan Conoco PHK Karyawan, Apa Penyebabnya?

Exxonmobil
Exxonmobil (exxonmobil.com)
Intinya sih...
  • ExxonMobil PHK 2.000 pekerja, fokus di Kanada, Uni Eropa, dan Singapura
  • Chevron kurangi 20% tenaga kerja hingga 2026 setelah akuisisi besar
  • ConocoPhillips PHK 25% karyawan pascaakuisisi besar dan tekanan harga minyak global
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE — Industri minyak dan gas (migas) Amerika Serikat (AS) tengah menghadapi guncangan besar dengan terjadinya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawan. Tiga raksasa energi, yakni ExxonMobil, Chevron, dan ConocoPhillips, mengumumkan langkah efisiensi berupa pemangkasan tenaga kerja sepanjang 2025.

Kebijakan ini muncul di tengah kondisi harga minyak mentah yang merosot, kebijakan tarif yang semakin ketat, serta konsolidasi industri global yang dipicu oleh langkah OPEC+. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) bahkan sempat tertekan hingga diperdagangkan di bawah 63 dolar AS per barel pada awal Oktober 2025.

Lantas, berapa banyak jumlah karyawan ExxonMobil, Chevron, dan Conoco yang terkena PHK? Simak informasi dan fakta lengkapnya berikut ini!

ExxonMobil PHK 2.000 pekerja

ExxonMobil menjadi salah satu perusahaan yang paling agresif dalam melakukan restrukturisasi. Perusahaan ini mengumumkan rencana pemangkasan sekitar 2.000 karyawan secara global, setara dengan 3–4% dari total tenaga kerja.

Pemangkasan terutama menyasar kawasan Kanada dan Uni Eropa. Sekitar 1.200 posisi di Norwegia serta negara-negara Eropa lainnya akan dipangkas secara bertahap hingga 2027. Di Kanada, anak usaha Exxon, Imperial Oil, juga mengurangi sekitar 900 pekerja atau 20% dari total karyawan.

Singapura turut terdampak dengan rencana pemangkasan 10–15% tenaga kerja, atau sekitar 500 orang. Langkah ini diiringi dengan pemindahan kantor pusat dari kawasan Harbour Front ke fasilitas kilang di Jurong. Meski begitu, ExxonMobil memastikan tetap mempertahankan operasi strategis, termasuk kilang besar di Singapura dengan kapasitas produksi hampir 600.000 barel per hari.

Chevron kurangi 20% tenaga kerja hingga 2026

Chevron, perusahaan migas terbesar kedua di AS, juga telah mengumumkan rencana pemangkasan tenaga kerja sebesar 20% yang akan berlangsung bertahap hingga 2026.

Keputusan ini erat kaitannya dengan sejumlah akuisisi besar yang dilakukan perusahaan dalam dua tahun terakhir. Konsolidasi pascaakuisisi membuat Chevron harus menyesuaikan struktur organisasi sekaligus merampingkan biaya operasional agar tetap kompetitif di tengah harga minyak yang fluktuatif.

ConocoPhillips PHK 25% karyawan

Di sisi lain, ConocoPhillips, perusahaan migas asal Houston, Texas, tak luput dari tekanan pasar energi global. Perusahaan ini mengumumkan rencana memangkas hingga 25% tenaga kerjanya pada 2025.

Kebijakan tersebut merupakan bagian dari strategi perampingan setelah serangkaian akuisisi besar. Meski bertujuan menjaga profitabilitas jangka panjang, langkah ini diperkirakan berdampak pada hilangnya ribuan lapangan kerja, terutama di sektor operasional dan pendukung.

Tren global restrukturisasi migas

Fenomena PHK massal di tiga perusahaan besar AS ini mencerminkan tren restrukturisasi global di industri migas. Tekanan harga minyak, regulasi ketat, dan kebutuhan efisiensi memaksa perusahaan melakukan penghematan besar-besaran.

ExxonMobil, misalnya, mengklaim telah menghemat US$13,5 miliar biaya tahunan sejak 2019 melalui kombinasi penjualan aset dan pengurangan tenaga kerja. Angka tersebut ditargetkan meningkat 30% lagi hingga akhir dekade.

Namun, gelombang PHK juga menimbulkan konsekuensi serius. Presiden AS Donald Trump sempat menjanjikan kebangkitan sektor migas, tetapi realitasnya berbeda. Hingga Agustus 2025, industri energi AS sudah memangkas sekitar 9.000 posisi, naik 30% dibanding periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas tenaga kerja, terutama di wilayah yang perekonomiannya bergantung pada sektor energi.

Ke depan, restrukturisasi industri migas diperkirakan masih berlanjut seiring transisi energi global, persaingan dengan energi terbarukan, dan fluktuasi harga minyak mentah.

FAQ seputar PHK massal di Amerika

1. Mengapa ExxonMobil, Chevron, dan Conoco melakukan PHK massal?

PHK dilakukan sebagai respons terhadap turunnya harga minyak mentah, konsolidasi pascaakuisisi, serta kebutuhan untuk mengurangi biaya operasional di tengah tekanan pasar global.

2. Apakah PHK juga dilakukan di Amerika Serikat?

ExxonMobil menyatakan tidak ada PHK di AS untuk tahun ini, namun Chevron dan Conoco masih menyesuaikan kebijakan sesuai kondisi pasar domestik.

3. Apa dampak global dari restrukturisasi ini?

Selain hilangnya ribuan lapangan kerja, restrukturisasi berpotensi memengaruhi rantai pasok migas, investasi, serta strategi jangka panjang perusahaan energi di tengah transisi menuju energi bersih.

4. Bagaimana prospek industri migas setelah PHK massal ini?

Meski PHK mencerminkan tekanan jangka pendek, perusahaan migas tetap menargetkan efisiensi agar bisa beradaptasi dengan harga minyak yang fluktuatif serta regulasi energi yang semakin ketat, terutama di Eropa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yunisda DS
EditorYunisda DS
Follow Us

Latest in News

See More

ExxonMobil, Chevron, dan Conoco PHK Karyawan, Apa Penyebabnya?

06 Okt 2025, 06:54 WIBNews