NEWS

AS-Inggris Serang Yaman, Bagaimana Dampaknya Terhadap Ekonomi Global

Harga minyak naik 2 persen usai serangan AS-Inggris.

AS-Inggris Serang Yaman, Bagaimana Dampaknya Terhadap Ekonomi GlobalIlustrasi kapal melewati Laut Merah. (Doc: 123RF/mosheruzh)
12 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Ketegangan meningkat di Laut Merah setelah Amerika Serikat dan Inggris membombardir milisi Houthi Yaman yang melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal di jalur perdagangan strategis tersebut.

Serangan pada Kamis malam waktu setempat ini menambah kekhawatiran pasar tentang potensi dampak konflik lebih luas di Timur Tengah terhadap pasokan minyak dari wilayah tersebut, terutama yang bergerak melalui Selat Hormuz yang kritis.

"Jika sebagian besar aliran Selat Hormuz terhenti, hal itu akan memberikan dampak hingga tiga kali lipat dari guncangan harga minyak pada 1970-an dan lebih dari dua kali lipat dampak perang Ukraina terhadap pasar gas, di atas rantai pasokan dan tingkat stok yang sudah rapuh," kata Saul Kavonic, seorang analis energi di MST Marquee, seperti dikutip Reuters, Jumat (12/1).

Hari ini dampak serangan tersebut langsung terlihat pada pergerakan harga minyak global. Kontrak berjangka Brent naik dua persen atau US$1,52 menjadi $78,93 per barel pada Kamis (11/1) pukul 07.28 GMT atau sekitar pukul 14.28 pada Jumat (12/1) waktu Jakarta. Demikian pula kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS, dengan kenaikan naik US$1,43 atau 2 persen menjadi US$73,45 per barel

Serangan AS dan Inggris merupakan salah satu demonstrasi paling dramatis sejak perang Israel-Hamas pada Oktober 2023 lalu. Laporan saksi mata di Yaman mengkonfirmasi adanya ledakan di seluruh kota Yaman.

Presiden AS Joe Biden mengatakan "serangan yang ditargetkan" tersebut adalah pesan yang jelas bahwa AS dan mitranya tidak akan mentolerir serangan terhadap pasukannya atau "membiarkan pelaku yang bersikap bermusuhan membahayakan kebebasan navigasi".

Juru Bicara Houthi mengatakan kelompok tersebut akan terus menargetkan pengiriman menuju Israel.

Dampak Ekonomi

Serangan Houthi di Laut Merah telah mengganggu perdagangan internasional di rute kunci antara Eropa dan Asia, yang menyumbang sekitar 15 persen dari lalu lintas pengiriman dunia.

Sejak Oktober, Houthi telah menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah untuk menunjukkan dukungan terhadap kelompok militan Palestina, Hamas, dalam perjuangannya melawan Israel.

Perusahaan pengiriman raksasa Maersk (MAERSK.CO) dan lainnya mengalihkan kapal-kapal mereka dari Laut Merah, memperingatkan pelanggannya bahwa penyerangan masih berlanjut.

Kekhawatiran atas meningkatnya eskalasi konflik di Timur Tengah juga meningkat lantaran serangan yang dipimpin AS terjadi usai Iran menyita sebuah kapal tanker minyak mentah Irak ke Turki pada Kamis (11/1). Iran--yang disebut-sebut turut menyokong Houthi--melakukan penyitaan kapal tersebut sebagai bentuk pembalasan atas kapal minyak yang sama oleh AS di tahun lalu.

Serangan Houthi telah difokuskan pada Selat Bab al-Mandab di sebelah barat daya Semenanjung Arab. Penyitaan kapal minyak Irak terjadi lebih dekat dengan Selat Hormuz antara Oman dan Iran.

"Laut Oman sangat dekat dengan Selat Hormuz, titik penting untuk aliran minyak. Lebih dari 20 juta barel/hari minyak bergerak melalui Selat Hormuz, yang setara dengan sekitar 20 persen dari konsumsi global," kata analis ING dalam sebuah catatan.  

Jauh sebelum serangan AS dan Inggris, serangan milisi Houthi telah melambungkan ongkos logistik karena memaksa banyak perusahaan pelayaran mengubah rute mereka lebih jauh.

Sekretaris Jenderal Organisasi Maritim Internasional, Arsenio Dominguez, mengatakan sekitar 18 perusahaan telah mengambil jalur memutar mengelilingi Afrika Selatan untuk menghindari risiko tertembak.  Dengan mengubah rute kapal melewati Tanjung Harapan, waktu tempuh perjalan kapal-kapal tersebut bertambah hingga 10 hari.

AS tuding Iran sokong Houthi

Laman Fortune.com melaporkan bahwa Duta Besar Deputi AS Christopher Lu  dalam keterangannya kepada Dewan Keamanan PBB pada 4 Januari lalu mengatakan bahwa serangan Houthi didukung pasokan uang dan sistem senjata canggih— termasuk drone, rudal jelajah darat, dan rudal balistik —dari Iran. Dan hal tersebut, kata dia, telah melanggar sanksi PBB.

"Kami juga tahu bahwa Iran terlibat dalam merencanakan operasi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah," kata Lu.

Ia juga menegaskan bahwa AS tidak mencari konfrontasi dengan Iran. Namun, negara tersebut tidak memiliki pilihan lain kecuali menahan dukungannya kepada Houthi agar milisi tersebut "kesulitan melacak dan menyerang kapal-kapal komersial yang berlayar melalui jalur pelayaran Laut Merah dan Teluk Aden."

Rancangan resolusi AS yang dibagikan kepada anggota Dewan Keamanan PBB menuntut penghentian segera serangan Houthi dan meminta hak setiap negara untuk membela kapal dagang dan angkatan laut mereka sesuai dengan hukum internasional diakui.

Tanpa menyebutkan Iran, rancangan tersebut juga akan mengutuk "penyediaan senjata dan materiil terkait dari segala jenis kepada Houthi" yang melanggar resolusi PBB. Ini juga akan meminta semua negara untuk melaksanakan embargo senjata terhadap Houthi dan mengingatkan bahwa panel ahli PBB yang memantau sanksi "telah menemukan banyak senjata Houthi berasal dari Iran."

Resolusi tersebut juga menekankan "perlunya menghindari eskalasi lebih lanjut dari situasi."

Related Topics