NEWS

Harga BBM di AS Cetak Rekor Tertinggi, Tembus Rp73 Ribu per Liter

Pemerintah AS hadapi dilema tangani kenaikan harga BBM.

Harga BBM di AS Cetak Rekor Tertinggi, Tembus Rp73 Ribu per LiterShutterstock/Thaiview
14 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Harga bahan bakar minyak (BBM) di Amerika Serikat mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di angka US$5 per galon sejak Sabtu (10/6) pekan lalu. Jika dikonversi ke dalam takaran harga bensin di Indonesia (1 galon setara dengan 3,7 liter), maka harga tersebut setara dengan Rp73.432 per liter (kurs Rp14.468/US$).

American Automobile Association (AAA), yang telah melacak pergerakan harga BBM selama bertahun-tahun, mencatat bahwa rata-rata harga BBM naik 18 sen per pekan seminggu mencapai level US$5 per galon. Kenaikan tersebut U$1,92 lebih tinggi dari periode sama di tahun lalu.

Bahkan rata-rata harga BBM di sejumlah negara bagian telah melampaui angka tersebut. Di California, misalnya, harga BBM sudah bertengger di angka $6,43 per galon.

Mengutip Fortune.com, lonjakan harga BBM di negeri Paman Sam tersebut turut mendorong rekor inflasi tahunan di AS. Tercatat, indeks harga konsumen telah mencapai 8,6 persen secara tahunan pada Mei lalu.

Pun demikian, kenaikan harga BBM tidak muncul baru-baru ini. Sejak April 2020, ketika guncangan awal pandemi, harga di bawah BBM terpompa ke angka US$1,80 per galon. Di waktu-waktu selanjutnya, komoditas tersebut terus merangkak hingga mencapai US$3 per galon pada Mei 2021 dan melaju melewati US$4 per galon pada Maret tahun ini.

Kenaikan harga bensin di AS tersebut dipicu oleh banyak hal. Salah satunya, peningkatan minyak global yang cukup tajam sejak Desember tahun lalu. Harga minyak mentah internasional naik sekitar dua kali lipat pada waktu itu, di mana harga patokan AS naik dengan kelipatan yang hampir sama.

Pangkal masalah kenaikan harga minyak dunia tersebut adalah invasi Rusia ke Ukraina, yang berbuntut sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Rusia, sebagai produsen minyak terkemuka di dunia, makin kehilangan konsumen untuk menyuplai minyak mentahnya. Dus, pasokan minyak dunia pun berkurang cukup drastis.

AS sendiri sebenarnya juga merupakan produsen minyak terbesar di dunia dan bisa mengamankan pasokan untuk dalam negerinya sendiri. Tetapi menurut Departemen Energi, kapasitas AS untuk mengubah minyak menjadi bensin telah turun 900.000 barel minyak per hari sejak akhir 2019.

Imbasnya, pasokan minyak dan bensin menjadi lebih ketat dan memukul perekonomian AS di tengah peningkatan konsumsi energi di ujung pandemi.

Dilema Joe Biden

Lanta, apa yang bisa dilakukan AS untuk mendapatkan lebih banyak stok BBM?

Menurut para analis, tak ada langkah yang menjamin perbaikan cepat. Pasalnya, kondisi ini disebabkan masalah suplai dan permintaan, sementara pasokan tidak dapat ditingkatkan dalam semalam.

Jika pun ada, pasokan minyak global akan semakin ketat karena sanksi terhadap Rusia masih berlaku. Sebagai catatan, AS telah memberlakukan larangan impor minyak dari Rusia meskipun sang Presiden Joe Biden mengakui itu akan mempengaruhi indeks harga konsumen di dalam negeri. Menurutnya larangan itu diperlukan agar AS tidak mensubsidi perang Rusia di Ukraina. “Mempertahankan kebebasan akan membutuhkan biaya,” katanya. 

AS memang dapat meminta Arab Saudi, Venezuela, atau Iran untuk membantu mengatasi kemungkinan penurunan produksi minyak Rusia, tetapi masing-masing opsi itu membawa perhitungan moral dan politiknya sendiri.

Sementara itu, oposisi pemerintah AS, Partai Republik, telah mendesak Biden untuk membantu meningkatkan produksi minyak dalam negeri—misalnya, dengan mengizinkan pengeboran di lebih banyak tanah federal dan lepas pantai, atau membalikkan keputusannya untuk mencabut izin pipa yang dapat membawa minyak Kanada ke kilang Gulf Coast.

Namun, jika langkah ini dilakukan, konsekuensinya adalah lolongan dari partai pengusung, Demokrat, dan pemerhati lingkungan. Bagi pihak-pihak tersebut, upaya yang disarankan Republik akan melemahkan upaya untuk mencegah perubahan iklim. 

Bahkan jika Biden mengabaikan faksi besar dari partainya sendiri, menurut para analis, langkah itu akan memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum tindakan itu dapat menghasilkan lebih banyak bensin di SPBU AS.

Related Topics