Inalum Persiapkan Ekspansi Besar untuk Penuhi Peningkatan Permintaan
- INALUM siap ekspansi besar-besaran untuk memenuhi lonjakan permintaan aluminium dalam negeri, terutama dari sektor kendaraan listrik dan energi baru terbarukan.
- Pasar aluminium domestik masih didominasi oleh impor, dengan porsi impor mencapai 54 persen, sementara INALUM baru mampu memenuhi 46 persen kebutuhan pasar.
- INALUM menyiapkan dua proyek inisiasi strategis: pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 2 dan pembangunan smelter aluminium baru di Mempawah. Total akan ada 2 juta ton alumina dan 900 ribu ton aluminium per tahun.
Jakarta, FORTUNE - PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) menyiapkan ekspansi besar-besaran untuk menjawab lonjakan permintaan aluminium dalam negeri yang terus meningkat, terutama dari sektor kendaraan listrik (EV) dan energi baru terbarukan (EBT).
Head of Business Development and Strategy Group INALUM, Al Jufri, mengatakan saat ini pasar aluminium domestik masih didominasi oleh impor. Sepanjang 2024, porsi impor tercatat 54 persen, sementara INALUM baru mampu memenuhi 46 persen kebutuhan pasar.
“Data analis menunjukkan konsumsi aluminium akan meningkat signifikan, bahkan bisa mencapai 300 persen dalam 30 tahun ke depan. Pendorong utamanya adalah kebutuhan dari komunitas EV dan EBT. Dalam satu pack baterai EV saja, 18 persen komponennya adalah aluminium. Sedangkan satu unit pembangkit listrik tenaga surya (photovoltaic) berkapasitas 1 megawatt membutuhkan 21 ton aluminium,” ungkap Jufri dalam sebuah forum bertajuk Indonesia Green Mineral Investment Forum 2025 di Jakarta, Rabu (2/10).
INALUM telah lima kali menerima pasokan alumina dari fasilitas Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI)—perusahaan patungan antara INALUM dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM).
Perseroan tengah menyiapkan dua proyek inisiasi strategis yang ditargetkan rampung tahun ini. Pertama, pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 2 dengan kapasitas tambahan 1 juta ton per tahun. Kedua, pembangunan smelter aluminium baru di Mempawah dengan kapasitas hingga 900 ribu ton per tahun.
“Dengan dua proyek ini, total akan ada 2 juta ton alumina dan 900 ribu ton aluminium per tahun. Hal ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap aluminium impor, dan seluruh kebutuhan bisa disuplai dari dalam negeri,” kata Jufri.
Menurut Jufri, untuk SGAR Fase 1 pendanaan dan kemitraan telah rampung, sementara fase 2 dan pembangunan smelter aluminium di Mempawah saat ini masih terbuka peluang investasi.
“Terkait dengan alumina refinery fase 2, pastinya akan ada project financing. Kami mengundang perusahaan-perusahaan yang berminat untuk ikut serta. Begitu juga untuk smelter aluminium Mempawah, saat ini masih dalam tahap pembentukan JVCo dan kami membuka kesempatan partisipasi bagi mitra strategis,” ujarnya.
INALUM berharap partisipasi mitra strategis dalam pendanaan proyek tersebut dapat mempercepat kemandirian industri aluminium nasional sekaligus memperkuat daya saing Indonesia di pasar global.