Jakarta, FORTUNE – Pasar ponsel Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini tertekan oleh tingginya tekanan inflasi. Namun, smartphone kelas menengah ke atas masih banyak permintaan karena disinyalir daya beli segmen ini masih tetap baik.
Siaran pers Internasional Data Corporation (IDC), Selasa (15/11), menyatakan pengapalan ponsel pintar Indonesia pada Juli sampai September tahun ini hanya mencapai 8,1 juta unit atau turun 12,4 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Menurut Associate Market Analyst IDC Indonesia, Vanessa Aurelia, kondisi pasar smartphone itu dihantui inflasi yang mencapai 5,95 persen secara tahunan (yoy) pada September. Kenaikan indeks harga konsumen itu ditengarai akibat lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM), yang "berdampak pada daya beli konsumen dan permintaan secara keseluruhan,” ujar Aurelia. Menurutnya, produsen smartphone merespons kondisi tersebut dengan mempertimbangkan peluncuran produk secara strategis, serta menawarkan pelbagai diskon dan cashback untuk mendorong permintaan.
Lalu, menurut Canalys, pengiriman smartphone Indonesia pada periode sama turun 21 persen secara tahunan—lebih tinggi dari catatan IDC. Firma riset itu mengutip “kondisi ekonomi makro yang tidak menunjukkan perbaikan”.
“Permintaan smartphone yang tinggi pada Q3/2021 setelah pelonggaran pembatasan COVID-19 yang menghasilkan pengiriman yang lebih tinggi membuat kuartal ini terlihat lebih buruk,” ujar Senior Analyst Canalys, Firman Abdillah, dalam rilis pers, Senin (14/11).