Langkah Strategis iPhone Jadi Produk Ponsel Pintar Terlaris di Dunia
Tak lepas dari upaya hadapi jenama-jenama pesaingnya.
Jakarta, FORTUNE – Popularitas IPhone sebagai Ponsel Pintar yang menguasai pasar dunia saat ini tidaklah dicapai dengan mudah. Perusahaan melakukan berbagai langkah strategis menjadikan ponsel keluaran Apple ini pada akhirnya dianggap menjadi salah satu jenama yang diperhitungkan secara global.
Managing Partner di Deepwater Asset Management, Gene Munster, mengungkapkan kisah perjalanan iPhone, yang menjadi tonggak awal popularitas produk ini hingga masa sekarang.
“Data awal yang keluar dari AT&T mengecewakan dari beberapa hari pertama penjualan. Saya ingat berbicara dengan investor setelah akhir pekan pertama itu, dan secara umum produk ini, menurut kata-kata seorang investor, sudah mati pada saat kedatangannya,” ujarnya seperti dikutip dari cnbc.com, Senin (29/4).
Pendiri Apple, Steve Jobs menurutnya memiliki peran besar dalam proses penjualan ponsel Apple di dunia. Meski di awal kemunculannya di 2007, Jobs mengatakan bahwa iPhone merupaan produk revolusioner, kenyataannya Apple hanya mampu menjual 1,4 juta iPhone di tahun tersebut, di mana 80 persen penjualan terjadi pada kuartal IV. Sementara, pada tahun yang sama, Nokia–dengan seri 3310–mampu menjual 7,4 juta ponsel di kuartal yang sama.
Seperti diketahui, pada saat rilis pada Juni 2007, iPhone pertama dibanderol dengan harga US$499 atau sekitar Rp8,11 juta (bila menggunakan kurs Rp16.246 per dolar AS). Kini, menurut penelitian dari Demand Sage, selama hampir dua dekade dan 42 model sejak pertama dirilis, iPhone adalah salah satu ponsel paling populer di dunia, yang telah menjual lebih dari 2,3 miliar unit dan memiliki lebih dari 1,5 miliar pengguna aktif.
Tantangan dan persaingan dengan Nokia
Pada awal kemunculannya, iPhone menghadapi kekuatan pesaingnya, yakni Nokia yang dianggap sulit ditembus dan dikalahkan. Namun, hal ini mulai berubah pada 2008 ketika Apple meluncurkan App Store. Hal ini membantu memacu gelombang baru perusahaan teknologi modern seperti Uber dan menempatkan Apple di depan para pesaingnya.
Munster menyebut momentum ini sebagai titik balik Apple dalam memproduksi iPhone dengan lebih banyak lagi. “Itu adalah bagiannya, insight itu, produsen ponsel lain tidak memperkirakan hal itu akan terjadi,” ujarnya.
Apple pun mengalami peningkatan penjualan unit iPhone pada tahun-tahun setelah App Store diluncurkan. Perusahaan ini mencapai tonggak sejarah besar–lebih dari 50 juta unit terjual–pada 2011, dengan bantuan iPhone 4s.
Perusahaan menjual 72 juta unit pada tahun itu. Pada tahun 2015, Apple menjual lebih dari 200 juta unit iPhone setiap tahunnya. Bahkan, setelah satu dekade, Apple menjadi perusahaan publik AS pertama yang mencapai kapitalisasi pasar US$1 triliun dan jadi salah satu perusahaan paling menguntungkan di dunia.
Babak baru
Meskipun Nokia berhasil dikalahkan, namun berarti kompetisi mereda karena Apple harus menghadapi pesaing lainnya. “Pada periode 2008 hingga 2015 di mana Apple perlu khawatir tentang apa yang akan dilakukan Samsung dengan Android. Pangsa pasar mereka justru menurun secara global,” kata Munster. “Namun, keahlian Apple adalah membangun ekosistem. Saya tidak dapat membayangkan skenario di mana Samsung dapat membangun serangkaian produk yang akan mengganggu ekosistem Apple.”
Apple baru-baru ini melampaui Samsung sebagai pemimpin ponsel pintar dunia untuk pertama kalinya. Menurut data dari International Data Corp, Apple menguasai lebih dari 20 persen pangsa pasar global, posisi yang dipegang Samsung sejak tahun 2010.
Strategi pun dilanjutkan dengan pengembangan pembelajaran mesin dan teknologi AI (Artificial Intelligence). Hal ini, menurut Munster, akan jadi fitur penting di dalam iPhone. “Apple menggunakan AI untuk membuat produk bekerja lebih baik dalam mengatur foto, membantu mengatur email, dan berpotensi melakukan berbagai hal seputar pengaturan teks. Namun sebagian besarnya, Apple tidak benar-benar menangkap peluang sepenuhnya,” ujarnya.