TECH

NASA Luncurkan Uji Coba Pertahanan Bumi Terhadap Ancaman Asteroid

Pesawat ruang angkasa DART pun mengemban misi ini.

NASA Luncurkan Uji Coba Pertahanan Bumi Terhadap Ancaman AsteroidGambaran saat hantaman asteroid mengancam Bumi. (Pixabay/9866112)
25 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Lembaga luar angkasa Amerika Serikat NASA (National Aeronautics and Space Administration) baru saja meluncurkan pesawat ruang angkasa dalam misi pertahanan bumi terhadap asteroid. Misi perdana peradaban manusia yang mengingatkan kita pada film Armageddon ini akan menguji cara bertahan umat manusia dari hantaman asteroid yang mungkin saja terjadi di masa depan.

Mengutip AP News (24/11), pesawat ruang angkasa DART (Double Asteroid Redirection Test) meluncur menuju ke luar atmosfer bumi dengan menumpang roket SpaceX Falcon 9, dari Vandenberg Space Force Base. Ada pun sasaran pesawat berbentuk kotak seberat kurang lebih 540 kg ini akan menabrakan diri ke sebuah asteroid bernama Dimorphos, yang berdiameter sekitar 160 meter dalam kecepatan 24.139 km/jam.

Nancy Chabot, ilmuwan dari Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins dan terlibat dalam misi ini, mengatakan bahwa DART akan mengelilingi matahari dan diperkirakan akan menuntaskan misinya pada September tahun depan. “Ini tidak akan menghancurkan asteroid. Hanya akan memberikan sedikit dorongan,” ujarnya kepada AP News.

Tabrakan diperkirakan akan berada sekitar 11 juta km dari Bumi. Diharapkan, tumbukan DART dengan Dimorphos akan menggeser arah pergerakan asteroid tersebut menuju asteroid lain yang lebih besar, Didymos. Kedua asteroid ini memang tidak membahayakan Bumi, namun misi ini akan memberikan sebuah kemajuan upaya menghindarkan ancaman asteroid pada permukaan bumi.

DART mengemban misi yang cukup sulit

Brent Barbee, anggota tim misi DART dan insinyur ruang angkasa di NASA’s Goddard Space Flight Center, mengungkapkan bahwa misi bernilai sekitar US$ 324 juta ini adalah kali pertama manusia menguji teknik pemindahan asteroid dengan menggunakan kemampuan dan sistem sendiri. “Ini semacam tonggak besar bagi spesies kita,” ujarnya seperti dikutip NY Times (24/11).

Sebagai perbandingan, Dimorphos memiliki ukuran yang mirip salah satu piramida di Giza, ini termasuk kecil untuk bebatuan yang melayang-melayang di ruang angkasa. Oleh karena itu, DART perlu tepat sasaran dalam perkiraan waktu yang juga presisi, agar pergeseran jalur terbang asteroid sesuai perkiraan dan jatuh di lokasi yang sudah ditentukan.

Menanggapi hal ini, Andy Rivkin, ketua tim investigasi DART di Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins, menjelaskan bahwa tembakan tunggal DART pada Dimorphos akan mengandalkan proses otomatis penuh yang dimulai empat jam sebelum tumbukan dan menggunakan sistem navigasi onboard yang disebut SMART Nav. “Dari sudut pandang teknik, ini sangat sulit,” ujarnya. “Mereka harus membangun algoritme yang melakukannya sendiri; tidak ada joysticking di dalamnya.”

Sepuluh hari sebelum tumbukan, DART akan menyebarkan satelit kecil yang membawa dua kamera. Alat rekam ini akan menyiarkan misi penghancuran diri DART dari jarak 34 mil dan mengukur jumlah puing yang ditendang dari benturan. Sementara, kamera onboard DART, yang disebut DRACO, akan mengambil foto asteroid saat mendekat.

Andy Rivkin menyampaikan bahwa para ilmuwan NASA dan para ahli fisika terapan akan mengukur seberapa banyak orbit Dimorphos di sekitar Didymos yang berubah setelah tabrakan terjadi.  Perubahan periode orbit akan diukur dengan teleskop di Bumi. Jika orbit asteroid dipercepat setidaknya 73 detik lebih singkat, maka misi itu bisa dikatan berhasil.

Uji coba DART adalah sebuah terobosan

Misi DART mungkin hanyalah sebuah uji coba atau simulasi yang menggambarkan kondisi saat asteroid mengancam kehidupan di Bumi. Keberhasilan misi ini pun belum dapat dipastikan. Namun, upaya ini merupakan sebuah terobosan besar dalam peradaban manusia dan apa pun hasilnya, diperkirakan akan memberi manfaat pada perkembangan ilmu pengetahuan terkait sistem pertahanan bumi atas ancaman asteroid.

“Kami melakukan pekerjaan ini dan menguji kemampuan DART ini sekarang, sebelum nanti kita akan betul-betul membutuhkannya,” kata Lindley Johnson, kepala pertahanan planet NASA. “Kami tidak ingin menerbangkan kemampuan yang belum teruji ketika kami nanti mencoba menyelamatkan populasi di permukaan bumi.”

Bila uji coba ini berhasil, NASA akan memiliki sebuah sistem pertahanan luar angkasa yang berpotensi menyelamatkan kehidupan umat manusia. Namun, para astronom beranggapan bahwa ragam cara lainnya perlu dipikirkan. Paling tidak, untuk bersiap apabila asteroid yang mengancam bumi lebih besar dari ukuran Dimorphos.

Related Topics