Dorong Akses Konten Edukasi, TikTok Hadirkan Feed STEM di Indonesia

- TikTok meluncurkan kanal feed STEM untuk akses konten edukasi di Indonesia
- Feed STEM berisi konten sains, teknologi, rekayasa, dan matematika yang telah ditonton lebih dari 110 miliar kali secara global.
- Kanal ini mendapat dukungan dari Kementerian Komunikasi dan Digital.
Jakarta, FORTUNE - TikTok resmi menghadirkan kanal baru demi mendorong akses konten edukasi pada platform media sosial tersebut.
General Manager Content Operations Southeast Asia TikTok, Angga Anugrah Putra, mengatakan di antara konten populer dan banyak disukai oleh pengguna TikTok di Indonesia dan dunia adalah yang berisi tentang edukasi.
Bahkan, lebih dari 23 juta konten video belajar di TikTok telah menyematkan tanda pagar (tagar/hashtag) #samasamabelajar.
TikTok ingin memperkuat perannya sebagai ruang edukasi bagi pengguna untuk berinteraksi secara positif dan menemukan pengetahuan baru. Platform tersebut juga ingin penggunanya mendapat kemudahan dalam mencari konten edukasi. Peluncuran kanal khusus edukasi sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (science, technology, engineering, dan math) atau biasa disingkat sebagai STEM ditujukan untuk mengejar hal tersebut.
"Kami ingin berkomitmen untuk terus menyediakan ruang belajar di Tiktok. Kami melihat konten science, teknologi, rekayasa, dan matematika makin banyak bermunculan dan dinikmati. Oleh karena itu, kami coba berikan layanan yang lebih baik," kata Angga dalam konferensi pers fitur STEM TikTok, di Jakarta, Rabu (5/3).
Secara global, konten edukasi di TikTok dengan tagar terkait STEM telah ditonton lebih dari 110 miliar kali. Konten STEM juga tumbuh pesat hingga 35 persen sejak TikTok meluncurkan feed STEM pada beberapa pasarnya, seperti Amerika, Eropa, dan Australia.
TikTok akan memoderasi setiap konten yang masuk dalam feed STEM. Konten harus memiliki tujuan pembelajaran yang jelas untuk dapat muncul pada feed STEM, dan kebenarannya dapat diverifikasi.
Platform tersebut tidak mengizinkan konten edukasi yang mengandung unsur politik kontroversial, eksperimen berbahaya seperti penggunaan bahan peledak atau zat kimia berisiko, misinformasi, serta konten yang bertujuan untuk monetisasi atau promosi muncul pada feed STEM.
Feed STEM akan aktif secara default untuk pengguna TikTok berusia di bawah 18 tahun.
Kepala Badan Pengembangan SDM Komunikasi dan Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Bonifasius Wahyu Pudjianto, mengatakan kehadiran feed STEM adalah langkah strategis TikTok meningkatkan literasi dan mencetak talenta STEM di Indonesia.
"Ini sejalan dengan upaya pemerintah yang mendorong ekosistem digital yang sifatnya inklusif, memiliki nilai tambah, serta produktifitasnya tinggi," kata Bonifasius.
Komdigi berharap kanal khusus TikTok ini dapat membekali generasi muda dengan ilmu sains dan teknologi, sehingga dapat meningkatkan daya saing bangsa, serta mampu mendukung target pemerintah mencetak 9 juta talenta digital pada 2030.