GSMA: Investasi 5G Berpotensi Sumbang US$41 Miliar Bagi PDB

- Investasi 5G di Indonesia berpotensi kontribusi US$41 miliar terhadap PDB hingga 2030.
- Operator seluler telah menanamkan hampir US$29 miliar untuk pengembangan infrastruktur dan layanan jaringan sejak 2015.
- Pelaku usaha di Indonesia diperkirakan mengalokasikan rata-rata 10 persen pendapatan untuk transformasi digital pada 2025–2030, di atas rata-rata ASEAN maupun global (9,8 persen).
Jakarta, FORTUNE - Global System for Mobile Communications Association (GSMA) menilai gelombang investasi 5G di Indonesia berpotensi memberikan kontribusi sebesar US$41 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional hingga tahun 2030.
Julian Gorman, Head of Asia Pacific GSMA, menyampaikan dengan skala wilayah, energi kewirausahaan, dan populasi muda Indonesia yang terhubung, negara ini memiliki peluang kuat untuk menjadi pemimpin.
Oleh sebab itu, perlu kebijakan yang kuat dan eksekusi lintas sektor agar Indonesia dapat berinovasi dan menarik modal swasta, dan mempercepat pertumbuhan inklusif di dalam negeri.
"Prioritas saat ini adalah investasi yang tepat sasaran: spektrum yang terjangkau dan dapat diprediksi; backhaul yang tangguh; serta pusat data siap AI yang berkelanjutan dan didukung perlindungan konsumen yang jelas," ujar Julian di acara Digital Nation Summit di Jakarta, Rabu (10/12)., Rabu (10/12).
Sejak 2015, operator seluler di Indonesia telah menanamkan hampir US$29 miliar untuk pengembangan infrastruktur dan layanan jaringan. Dengan asumsi adanya lanskap investasi yang mendukung, GSMA memperkirakan industri—baik operator maupun mitra ekosistem—dapat menambah investasi sekitar US$16 miliar sepanjang 2024–2030, terutama untuk memperluas jaringan 5G.
Julian menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia menunjukkan minat yang sangat kuat terhadap transformasi digital. Survei GSMA Intelligence terhadap lebih dari 580 perusahaan ASEAN mencatat, pelaku usaha di Indonesia diperkirakan mengalokasikan rata-rata 10 persen pendapatan untuk transformasi digital pada 2025–2030. Angka ini berada di atas rata-rata ASEAN maupun global (9,8 persen).
Dari hasil survei itu juga disebutkan dua pertiga responden menempatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebagai tiga besar prioritas pengeluaran, sementara lebih dari separuh memandang IoT berbasis 5G sebagai faktor penting untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang.

















