Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Linknet Soroti Kelemahan Pertahanan Siber dan Cara Memitigasinya

Sustainable Network IK206971.jpg
Eric Satya Arianto, Chief Technology and Network Officer Linknet, dalam diskusi bertajuk “Advancing Sustainable Network Technology to Linking the Nation” pada gelaran National Technology Summit 2025 di Jakarta, Kamis (6/11). (Dok. IDN)
Intinya sih...
  • Linknet soroti kelemahan pertahanan siber dan cara memitigasinya
  • Sistem jaringan terintegrasi. Karenanya, menjaga keamanan bukan hanya kebutuhan teknis
  • Faktor manusia menjadi titik lemah dalam pertahanan siber
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – Serangan terhadap sistem jaringan dan infrastruktur digital semakin sering terjadi, dan perusahaan pun dituntut dapat memperkuat sistem pertahanannya.

Hal ini diungkapkan oleh Chief Technology and Network Officer Linknet, Eric Satya Arianto, dalam diskusi bertajuk “Advancing Sustainable Network Technology to Linking the Nation” pada gelaran National Technology Summit 2025 hari kedua.

Eric menegaskan, sistem jaringan kini telah menjadi bagian terintegrasi. Karena itu, menjaga keamanan jaringan bukan sekadar kebutuhan teknis, melainkan tanggung jawab strategis bagi perusahaan penyedia layanan digital seperti Linknet.

“Ini adalah bagian dari tanggung jawab kami untuk mengamankan layanan dan jaringan kami,” ujar Eric di Jakarta, Kamis (11/6).

Dalam menjaga integritas jaringannya, Linknet mengadopsi berbagai standar nasional dan internasional. Perusahaan mematuhi seluruh regulasi pemerintah seperti Internet Sehat, serta menerapkan sertifikasi internasional ISO 20001 dan ISO 27001.

Selain itu, Linknet juga mengikuti standar keamanan tambahan dari induk perusahaan, Axiata Group.

“Dari Axiata, ada standar keamanan yang kami evaluasi secara berkala. Jika ada saran perbaikan, kami wajib menyusun rencana, melaksanakan, dan melaporkannya,” kata Eric.

Linknet pun mengoperasikan operation center yang aktif 24 jam setiap hari, yang berfungsi memantau aktivitas jaringan dan mendeteksi potensi ancaman sejak dini. Jika sistem menemukan anomali, tiket penanganan dengan prioritas tertentu akan langsung dikeluarkan demi memastikan respons cepat dan terukur.

Faktor manusia jadi titik lemah

Meski sistem keamanan telah dibangun berlapis, Eric menilai faktor manusia masih menjadi celah terbesar dalam pertahanan siber. Ia mencontohkan, banyak kebocoran data terjadi karena kelalaian pengguna, seperti mengklik tautan mencurigakan atau membuka file undangan yang berisi malware.

“Sebagus apa pun sistem pengamanan, kalau manusianya lalai, tetap bisa ditembus. Banyak serangan justru bermula dari tindakan sederhana seperti klik tautan yang salah,” ujarnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Linknet rutin menggelar pelatihan kesadaran siber bagi seluruh karyawan. Tak hanya itu, tim IT perusahaan juga secara berkala melakukan uji phishing internal guna menilai tingkat kewaspadaan karyawan terhadap serangan siber berbasis rekayasa sosial.

“Jika ada individu yang terdeteksi kesadarannya kurang, maka akan diberikan pelatihan tambahan,” kata Eric.

Menurutnya, menghadapi ancaman siber tidak cukup dengan langkah reaktif setelah serangan terjadi. Diperlukan pula strategi preventif dan adaptif berkelanjutan, termasuk kerja sama dengan mitra teknologi global seperti Axiata demi memantau log sistem secara real time dan memperbarui kebijakan keamanan sesuai tren ancaman terbaru.

Dengan pendekatan berlapis dan budaya keamanan yang kuat, Linknet berupaya memastikan jaringan yang lebih tangguh dalam menghadapi ancaman digital yang kian kompleks.

“Ancaman itu nyata, tapi begitu juga dengan pencegahannya. Yang terpenting, kita harus selalu waspada dan terus belajar,” kata Eric.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in Tech

See More

Bos XLSmart: Pada Era AI, Peran Manusia Justru Tetap Dibutuhkan

06 Nov 2025, 15:47 WIBTech