TECH

Survei: Gen Z Merasa Lebih Produktif Bekerja dengan Metode Hibrida

Fleksibilitas dalam bekerja menjadi impian.

Survei: Gen Z Merasa Lebih Produktif Bekerja dengan Metode Hibridailustrasi karyawan di perusahaan (freepik.com/Tirachardz)
08 March 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pendirian generasional bukan sesuatu yang berlebihan. Masing-masing generasi memiliki coraknya sendiri. Begitu pula dengan generasi Z, yang diyakini memiliki sikap serta pendirian berbeda ketimbang pendahulunya. Terutama dalam urusan pekerjaan. Kelompok yang lahir dalam rentang 1997–2012 ini bahkan acap kali dipandang negatif karena cenderung individualistis serta kerap “bertingkah” di tempat kerja. 

Model pandangan yang seperti itu ditunjukan oleh seorang miliarder Amerika Serikat, Kevin O’Leary. Menurutnya, gen Z merupakan kelompok pekerja yang tidak berniat untuk bekerja di kantor (work from office/WfO) sejak Covid-19 melanda. Dia bahkan menampik pendapat yang menegaskan bahwa generasi tersebut bakal dapat bekerja di kantor dengan mengajukan kasus bahwa hampir setengah dari pekerja di seluruh portofolio usahanya bekerja dari jarak jauh.  

"Mereka tidak akan datang ke kantor," katanya seperti dilansir dari Fortune.com, Rabu (8/3).

Dalam tiga tahun terakhir, gen Z disinyalir telah menunjukkan reputasinya sebagai pekerja yang tidak berkomitmen, tidak setia, atau bahkan kerap bertingkah di tempat kerja. Mereka pun diperkirakan menuntut lebih banyak kebebasan ketika bekerja.

Bahkan, dalam tren yang disebut dilabeli "The Great Resignation" atau pengunduran diri besar-besaran saat tingkat penularan Covid-19 sedang tinggi-tingginya, banyak yang bilang pelaku terbanyak pengunduran diri adalah dari kelompok gen Z. Sudah begitu, mereka berpindah pekerjaan hanya beberapa bulan setelah diterima demi beroleh gaji lebih baik, lebih fleksibel, dan mendapat tunjangan lebih komprehensif.

Kerja hibrida

sebagai pekerja, Anda harus tahu perbedaan UMK dan UMR
ilustrasi pekerja kantoran (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Terlepas dari semua dugaan sikap anti-kerja gen Z, kelompok tersebut sebenarnya mengakui pentingnya bekerja di kantor setidaknya beberapa hari dalam seminggu, terutama untuk mengasah keterampilan dan keterhubungan dengan para koleganya.

Menruut jajak pendapat, sekitar empat dari lima gen Z melaporkan merasa terputus saat mereka bekerja dari rumah, dan sekitar dua per tiga responden generasi ini sangat mendukung pengaturan kerja hibrida.

“Pekerja yang lebih muda benar-benar mencari rasa memiliki dalam proses orientasi, terutama dengan begitu banyak peran hibrida atau sepenuhnya jarak jauh,” kata Dave Carhart, VP of People Lattice, perusahaan perangkat lunak. 

Sementara itu, survei National Society of High School Scholars’ 2022 menunjukkan 23 persen pekerja gen Z merasa bekerja jarak jauh “sangat” atau “sangat penting” bagi mereka.

Walau begitu, metode kerja remote tersebut belum tentu memenuhi tiga impian Gen Z dalam pekerjaan: perlakuan adil terhadap semua karyawan, kualitas hidup dan fleksibilitas, serta tanggung jawab sosial perusahaan.

“Orang ingin tumbuh dengan cepat, [dan mendapatkan] bimbingan—serta dapat terhubung dengan manajer atau direktur pada tingkat yang lebih pribadi—sangatlah penting,” Oliver Pour, lulusan perguruan tinggi tahun 2022. “Perusahaan yang mengabaikan ekspektasi gen Z akan dukungan dan pertumbuhan yang [sesuai dengan karakter pekerja] akan kehilangan talenta hebat." 

Pilihan bekerja

Ilustrasi Budaya Kerja Hybrid atau Remote. Dok/Microsoft Indonesia
Ilustrasi Budaya Kerja Hybrid atau Remote. Dok/Microsoft Indonesia

Related Topics