Naik Gaji Pertama Setelah 10 Tahun, CEO Nvidia Raih Rp800 M

Jakarta, FORTUNE - Setelah sepuluh tahun tanpa penyesuaian gaji, CEO Nvidia Jensen Huang akhirnya menerima kenaikan kompensasi signifikan. Total penghasilannya untuk tahun fiskal 2025 mencapai US$49,9 juta atau sekitar Rp800 miliar, berdasarkan dokumen terbaru yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).
Gaji pokok Huang naik sebesar 49 persen menjadi US$1,5 juta, sementara bonus tahunannya mencapai US$3 juta. Pendapatan utamanya berasal dari kompensasi atas saham senilai US$38,8 juta. Selain itu, Nvidia menanggung biaya keamanan, jasa konsultasi, dan pengemudi pribadi sebesar US$3,5 juta—naik dari US$2,2 juta pada tahun sebelumnya.
Dewan direksi Nvidia menyatakan bahwa penyesuaian ini dilakukan untuk menyelaraskan gaji Huang dengan standar eksekutif senior di industri, serta sebagai pengakuan atas kontribusinya yang berkelanjutan dalam satu dekade terakhir. "Kenaikan ini mencerminkan lamanya periode tanpa penyesuaian gaji dan upaya menyelaraskan dengan eksekutif lainnya," dikutip dari dokumen SEC.
Meskipun kompensasi tunainya tergolong sederhana dibandingkan dengan CEO perusahaan teknologi besar lainnya, kekayaan bersih Huang melonjak berkat kepemilikan sahamnya di Nvidia yang sekitar 3,5 persen, dengan nilai mencapai sekitar US$94 miliar.
Pertumbuhan pesat Nvidia turut menyokong nilai tersebut—pendapatan perusahaan melonjak dua kali lipat lebih menjadi US$130,5 miliar pada tahun lalu, dipicu oleh tingginya permintaan terhadap chip kecerdasan buatan (AI). Saham Nvidia sendiri tercatat naik lebih dari sembilan kali lipat sejak akhir 2022. Kabar kenaikan gaji ini datang di tengah meningkatnya sorotan global terhadap dominasi Nvidia di industri AI, serta tekanan dari tantangan rantai pasok chip dan persaingan dengan perusahaan seperti Anthropic.
Rekam jejak Jensen Huang di NVIDIA
Jensen Huang mendirikan Nvidia pada tahun 1993 bersama dua rekannya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem. Sejak awal, ia menjabat sebagai CEO dan menjadi motor penggerak utama transformasi perusahaan. Di bawah kepemimpinannya, Nvidia berkembang dari produsen kartu grafis konvensional menjadi salah satu perusahaan teknologi paling bernilai di dunia.
Huang dikenal sebagai arsitek di balik pengembangan arsitektur CUDA—sebuah terobosan yang memungkinkan GPU digunakan untuk komputasi paralel di luar dunia gaming. Teknologi ini membuka jalan bagi pemanfaatan GPU dalam bidang riset ilmiah, kendaraan otonom, dan kecerdasan buatan (AI).
Di masa kepemimpinan Huang, Nvidia berhasil menjelma menjadi pemimpin global dalam pengembangan AI dan deep learning. GPU buatan mereka kini menjadi komponen utama dalam sistem AI milik berbagai perusahaan teknologi besar.
Salah satu tonggak pencapaian terbesar adalah saat Nvidia menembus valuasi pasar lebih dari US$1 triliun, menjadikannya bagian dari klub eksklusif perusahaan publik bernilai jumbo. Tak hanya itu, Nvidia juga mengungguli para pemain lama seperti Intel dan AMD dalam pasar chip pusat data untuk kecerdasan buatan, sekaligus membangun ekosistem mitra industri dan pengembang yang semakin memperkuat posisi mereka secara global.
Kepemimpinan visioner Huang mendapat pengakuan luas. Ia dipuji karena konsistensi, strategi jangka panjang yang matang, dan kemampuannya melihat arah masa depan teknologi. Pada tahun 2017, Harvard Business Review menobatkannya sebagai salah satu dari “100 CEO Terbaik Dunia”. Kini, Huang dianggap sebagai sosok sentral dalam revolusi AI global yang tengah berlangsung.