Jakarta, FORTUNE – Memasuki awal 2022, industri gim dunia diwarnai kabar merger maupun akuisisi. Setelah Microsoft dan Theft Auto Take-Two Interactive, giliran Sony Group Corporation yang mengumumkan bakal mencaplok Bungie, perusahaan pembuat gim seperti Halo dan Destiny.
Melalui anak usahanya Sony Interactive Entertainment, Sony menandatangani perjanjian definitif untuk sepenuhnya mengambil alih saham Bungie. Aksi korporasi tersebut bernilai US$3,6 miliar atau lebih dari Rp51 triliun, termasuk harga pembellian saham, insentif karyawan, dan modal kerja.
Bungie yang berbasis di Washington Amerika Serikat (AS) serta memiliki lebih dari 900 karyawan, akan menjadi anak perusahaan independen Sony Interactive Entertainment.
Menurut Kenichiro Yoshida, CEO Sony Grup, dalam keterangan resmi yang dikutip pada Rabu (2/2), Sony akan memanfaatkan pelbagai aset dan hiburan grup untuk menyokong evolusi Bungie dalam kemampuannya menghasilkan produk ikonik di berbagai platform dan media.
Pete Parsons, CEO Bungi, mengatakan perseroan telah menemukan mitra yang sepenuhnya mendukung dalam mempercepat visi perusahaan untuk menciptakan pengalaman hiburan bermakna dari generasi ke generasi.
Sebagai konteks, Microsoft, raksasa teknologi AS, untuk mendukung peluncuran XboX, pada 2000 juga sempat membeli Bungie, termasuk gim produksinya Halo: Combat Evolved. Halo berhasil terjual jutaan kopi, dan membantu mempopulerkan XboX. Namun, pada 2007, Bungie berpisah dari Microsoft dengan menjadi bisnis mandiri.