Airbus Indonesia Bidik Penggunaan 100 Persen SAF pada 2030

- Airbus Indonesia menargetkan seluruh pesawatnya menggunakan 100 persen SAF pada 2030 untuk mendukung dekarbonisasi industri aviasi.
- Garuda Indonesia telah menggunakan SAF pada penerbangan internasional rute Amsterdam–Jakarta.
- Pertamina telah melakukan penelitian dan pengembangan SAF selama lebih dari satu dekade.
Jakarta, FORTUNE - Airbus Indonesia menargetkan seluruh pesawatnya mampu terbang menggunakan 100 persen bahan bakar berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF) pada 2030. Saat ini, SAF dinilai menjadi solusi mendukung dekarbonisasi industri aviasi, dengan kemampupuan menurunkan emisi karbon hingga 80 persen dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
“Kami percaya dengan kolaborasi erat antara produsen bahan bakar, produsen pesawat, regulator dan pembuat kebijakan, serta operator maskapai, SAF dapat menjadi standar baru penerbangan global,” ujar Senior Manager Business Growth Airbus Indonesia, Ridlo Akbar, dalam keterangan resmi, dikutip Senin (20/10).
Di samping itu, Garuda Indonesia menjadi salah satu maskapai penerbangan nasional yang telah menggunakan SAF pada penerbangan reguler. Caretaker Corporate Sustainability Group Head Garuda Indonesia, Heri Martanto, menyatakan Garuda telah menggunakan SAF pada penerbangan internasional dengan rute Amsterdam–Jakarta.
“Hasil uji menunjukkan performa mesin pesawat tetap stabil dan aman. Tidak ada implikasi teknis yang mengganggu operasional, bahkan SAF memberikan kontribusi nyata dalam penurunan emisi karbon hingga 80 persen,” ujar Heri.
Heri mengatakan Garuda akan terus berpartisipasi aktif dalam mendukung penggunaan SAF pada berbagai rute penerbangan.
“Kami menargetkan pada 2027 Garuda Indonesia sudah menggunakan SAF tidak hanya pada bandara internasional, tapi juga pada penerbangan dari bandara di Indonesia, sesuai target SAF Roadmap Indonesia. Pada tahun 2030, [Garuda] terus [melakukan] peningkatan penggunaan SAF sesuai target yang ditetapkan oleh ICAO secara global,” ujarnya.
Dalam keterangan yang sama, SVP Business Development PT Pertamina (Persero), Wisnu Medan Santoso, menjelaskan pengembangan SAF telah menjadi bagian dari strategi jangka panjang Pertamina memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendukung dekarbonisasi sektor aviasi.
“Kami memandang SAF bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi solusi strategis untuk menggerakkan ekonomi sirkular. Indonesia memiliki potensi besar dari limbah minyak jelantah (used cooking oil/UCO), dan Pertamina berkomitmen memanfaatkannya menjadi energi bersih bernilai tinggi,” kata Wisnu.
Wisnu menambahkan, Pertamina telah melakukan penelitian dan pengembangan SAF selama lebih dari satu dekade, mulai dari konversi bahan baku, proses penyulingan, hingga sertifikasi kualitas produk.
SAF Pertamina telah memenuhi standar internasional yang menjadi acuan dalam industri penerbangan global.
“Produk kami telah melewati fase uji coba penerbangan bersama Pelita Air dengan hasil yang sangat positif. Tanpa perlu modifikasi signifikan pada mesin pesawat, SAF kami menunjukkan performa yang stabil, aman, dan efisien,” katanya.