BUSINESS

McKinsey Kaji 5 Perubahan Perilaku Konsumen Otomotif di Asia

Perubahan perilaku ini dapat jadi peluang baru bagi bisnis.

McKinsey Kaji 5 Perubahan Perilaku Konsumen Otomotif di AsiaIlustrasi mobil listrik. (Pixabay)
01 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Lembaga survei internasional, McKinsey Global Institute (MGI), baru-baru ini membuat sebuah kajian tentang pertumbuhan ekonomi dan pergeseran nilai konsumen bagi industri otomotif di Asia. Menurut McKinsey, pola konsumsi yang menjadi peluang bagi industri akan mengalami perubahan dari potensi-potensi yang terjadi sebelumnya. Konsumen dapat mengadopsi perilaku baru yang menjadi tren, seperti mempertimbangkan bentuk kepemilikan baru, meningkatkan kesadaran lingkungan, dan mengubah preferensi merek.

Dilansir dari laman resmi McKinsey (29/10), para pemain di industri otomotif dapat menjadikan tren yang sedang berkembang ini sebagai peluang menguntungkan. Beberapa mencakup peningkatan akses mobilitas bersama, peningkatan kualitas lingkungan, pilihan kendaraan ramah lingkungan lebih banyak karena kendaraan listrik (EV) menjadi arus utama, insiden dan kemacetan lalu lintas yang semakin sedikit, serta berkurangnya waktu perjalanan.

Kajian ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk baru akses mobilitas kendaraan telah membawa sejumlah pergeseran nilai. Orang tidak lagi hanya berpikir tentang kepemilikan kendaraan pribadi, tapi juga penggunaan kendaraan lebih efisien seperti ride hailing berbasis digital. Untuk itu, industri otomotif perlu memetakan ulang pertumbuhan konsumsi kendaraan di Asia.

Berdasarkan kajian yang dilakukan, berikut lima pergeseran nilai dalam pola konsumsi yang diperkirakan akan terjadi. 

Bentuk kepemilikan baru sedang muncul

Sekarang ini, menyewa, berlangganan, dan berbagi kendaraan, atau bahkan membeli kendaraan bekas menjadi alternatif kepemilikan kendaraan secara konvensional. Penyebabnya adalah tekanan ekonomi, perubahan sikap konsumen, dan teknologi. Ini dapat menjadi peluang baru bagi industri otomotif dunia untuk berekspansi di Asia.

Transportasi online semacam Gojek atau Ola akan terus berkembang dan diperkirakan melayani lebih dari 800 juta pengguna di seluruh Asia pada 2020. Sejumlah situs kendaraan berlangganan seperti Carro dari Singapura pun terus menunjukkan perkembangan. Kepemilikan kendaraan bekas terus didukung marketplace digital seperti Carousel. Bahkan, di Indonesia dan Thailand, mobil bekas sudah menguasai pasar penjualan mobil lebih dulu.

Konvergensi besar mengubah peran OEM

Ekosistem digital kian mantap terbangun. Di industri otomotif, layanan digital pun semakin canggih. Pada akhirnya, penggunaan kendaraan tidak lagi menyangkut kepemilikan, tetapi efektivitasnya.

Dalam studi benchmarking McKinsey, EV bertenaga baterai (BEV) Cina berperingkat lebih tinggi dibandingkan dengan Original Equipment Manufacturer (OEM) internasional dalam memberikan pengalaman pelanggan melalui solusi konektivitas canggih.

Situasi ini membuka aliran pendapatan baru dan memungkinkan perusahaan otomotif untuk beralih dari konsep penjualan lepas ke model pendapatan berkelanjutan. Studi McKinsey lainnya menunjukkan sekitar 70 persen konsumen di Cina lebih suka mengeluarkan biaya untuk kendaraan otonom, dan 60 persen dari jumlah tersebut memilih untuk berlangganan secara bulanan atau membayar per penggunaan.

Pusat Mobilitas Masa Depan McKinsey meramalkan bahwa total pendapatan untuk layanan konektivitas di seluruh Asia pada 2030 dapat berkisar US$80 miliar–US$120 miliar.

Related Topics