BUSINESS

Meneropong Cara Gen Z Memandang Dunia Kerja dan Menyikapinya

Tantangan kesehatan mental dan kekhawatiran kualitas hidup.

Meneropong Cara Gen Z Memandang Dunia Kerja dan Menyikapinyailustrasi membahas bisnis (unsplash.com/Jason Goodman)
21 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Setiap generasi mungkin menghadapi perjuangan dan keraguan saat bergabung dengan angkatan kerja. Gen Z sendiri memasuki dunia kerja selama pandemi global dan di tengah kekhawatiran atas kenaikan tingkat inflasi, ketakutan resesi, konflik geopolitik, dan perubahan iklim. Bagaimana Gen Z memandang posisi mereka di dunia kerja dan apa yang menjadi tantangan?

Iterasi terbaru dari American Opportunity Survey (AOS) McKinsey mengungkapkan fakta menarik. Ada kesenjangan generasi di tempat kerja dengan perbedaan mencolok antara cara Gen Z dan generasi lain memandang diri mereka sendiri, kemampuan mereka untuk bekerja secara efektif, dan terkait masa depan mereka.

Melansir laman McKinsey, survei dilakukan terhadap 25.062 orang Amerika termasuk 1.763 responden dalam rentang usia Gen Z antara 18 hingga 24 tahun. Survei menunjukkan bahwa responden Gen Z yang bekerja lebih cenderung memiliki pekerjaan mandiri atau banyak pekerjaan daripada pekerja yang lebih tua. 

Tidak seperti generasi lain, mereka cenderung tidak mengharapkan periode ketidakamanan finansial ini berakhir dan memiliki tingkat keraguan yang tinggi tentang kemampuan akhirnya untuk membeli rumah atau pensiun.

Responden Gen Z yang bekerja lebih mungkin untuk melaporkan bahwa gaji yang mereka terima untuk pekerjaan mereka tidak memberikan mereka kualitas hidup yang baik (26 persen, dibandingkan dengan 20 persen responden lain) dan lebih kecil kemungkinannya dibandingkan responden lain untuk melaporkan perasaan cukup diakui dan dihargai untuk pekerjaan mereka (56 persen, dibandingkan dengan 58 persen responden lain).  Sebanyak 77 persen responden Gen Z mengatakan akan mencari pekerjaan baru.

Sementara dalam keinginan pindah pekerjaan di awal karier hanya 37 persen yang percaya bahwa sebagian besar orang di negara ini memiliki peluang ekonomi—pesimisme ini menunjukkan rasa tidak enak yang mendalam tentang prospek mereka sendiri dan publik.

American Opportunity Survey (AOS) McKinsey menunjukkan ada perbedaan dalam cara generasi menanggapi pertanyaan survei menunjukkan tentang tingkat kesulitan di kalangan anak muda. Sebanyak 55 persen melaporkan telah didiagnosis atau telah menerima perawatan untuk penyakit mental, jumlah ini lebih banyak dari kelompok  usia 55 hingga 64 tahun (31 persen) yang melaporkan hal serupa.

Ahli Bedah Umum AS Vivek Murthy mengeluarkan nasihat tentang kesehatan masyarakat pada Desember 2021 untuk mengatasi “krisis kesehatan mental kaum muda” yang diperburuk oleh pandemi Covid-19.

Beberapa perbedaan lain antara kelompok usia juga penting. Kaum muda melaporkan masalah kesehatan fisik sebagai halangan untuk melakukan pekerjaan secara efektif pada tingkat yang lebih tinggi daripada populasi umum, yang mencakup orang yang puluhan tahun lebih tua dari mereka. Faktanya, pada setiap metrik yang mengganggu kinerja efektif, Gen Z melaporkan lebih banyak perjuangan daripada populasi umum.

Survei ini membuka jendela baru tentang bagaimana perasaan Gen Z tentang dirinya sendiri dan tempatnya di dunia kerja, dan bagaimana mereka dapat mendukung kelompok ini dalam angkatan kerja. Para pengusaha dan pemangku kepentingan lainnya bisa menjadikannya bahan pertimbangan untuk memahami tenaga kerja di kalangan Gen Z.

Gen Z khawatir pada pola pekerjaan yang kurang stabil

source_name

Pola pekerjaan juga menjadi aspek yang diperhatikan. Lebih dari setengah koresponden berusia 18 hingga 24 tahun yang disurvei memiliki pengalaman yang berbeda dari pekerja dari usia lain. 

Untuk memulai, mereka lebih cenderung mengerjakan banyak pekerjaan dan lebih cenderung melakukan pekerjaan mandiri. Sementara sebagian anak muda melakukan pekerjaan mandiri karena mereka menikmati pekerjaan tersebut (28 persen) atau karena otonomi dan fleksibilitas yang ditawarkan (24 persen), sebagian besar lebih memilih bekerja sebagai pegawai tetap atau nonkontrak (56 persen).

Gen Z kurang aman secara finansial: 45 persen responden khawatir tentang stabilitas pekerjaan mereka (dibandingkan dengan 40 persen dari semua responden) dan lebih kecil kemungkinannya dibandingkan responden lain untuk melaporkan mampu menutupi biaya hidup selama lebih dari dua bulan jika dihadapkan dengan pekerjaan kehilangan. Gen Z juga lebih cenderung melaporkan bahwa gaji yang mereka terima tidak memungkinkan kualitas hidup yang baik.

Beberapa dari tren ini mungkin berdasarkan usia dan pengalaman dalam angkatan kerja; orang-orang muda di awal karier mereka biasanya berpenghasilan lebih rendah daripada mereka yang lebih berpengalaman.

Pekerja muda juga cenderung tidak memiliki mitra dan tanggungan untuk didukung, sehingga mereka mungkin memiliki fleksibilitas untuk mengerjakan banyak pekerjaan atau bekerja di posisi mandiri yang mungkin dihindari oleh mereka yang memiliki keluarga.

Orang yang lebih muda bekerja lebih banyak, lebih cenderung menjadi pekerja mandiri, dan lebih peduli daripada kelompok usia lain tentang stabilitas pekerjaan.

Keraguan akan mencapai tonggak penting finansial

source_name

Related Topics