BUSINESS

Perempuan Bukan 'Warga Kelas Dua' di Dunia Kerja

Keterlibatan perempuan berperan memajukan perekonomian.

Perempuan Bukan 'Warga Kelas Dua' di Dunia KerjaParwati Surjaudaja Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk di Fortune Indonesia Summit 2022, Kamis (19/5).
19 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Diskriminasi terhadap perempuan di dunia kerja ataupun ranah profesional muncul dalam ragam bentuk. Mulai dari soal struktural yang kentara, seperti ketimpangan gaji, jabatan, hingga terbatasnya kesempatan perempuan untuk berkembang. Padahal perempuan mampu membuktikan diri berprestasi dan memajukan perekonomian.

Dalam B20 Indonesia Women in Business Action Council yang dihelat pada Februari 2022, terungkap beban kerugian secara global yang ditimbulkan dari kekerasan terhadap perempuan dan ketidakberpihakan kepada perempuan adalah US$1,5 triliun atau setara dengan 2 persen dari pendapatan domestik bruto global.

Di sisi lain, keterlibatan perempuan yang berpotensi meningkatkan ekonomi global sebanyak US$2,5-5 triliun. Keterlibatan perempuan yang setara dalam ekonomi global itu akan mampu meningkatkan pertumbuhan PDB global sebesar US$28 triliun. 

Menanggapi hal ini, Parwati Surjaudaja Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk, tak membantah adanya bias gender di ranah profesional. 

“Perjalanan panjang untuk gender equality. Namun, fokusnya adalah bagaimana kita membuktikan diri, bukan berarti perempuan lebih dari laki-laki tapi setara dan saling melengkapi dalam dunia bisnis, sehingga ekonomi bisa lebih cepat pertumbuhannya. Dari sisi sosial, company yang punya kesetaraan kinerjanya bisa lebih baik secara berkesinambungan,” , katanya pada sesi Women in the Workplace, Fortune Indonesia Summit 2022 di The Westin, Jakarta, Kamis (19/5).

Upaya mendobrak bias gender

Parwati Surjaudaja Presiden Direktur PT OCBC NISP, Tbk di Fortune Indonesia Summit 2022, Kamis (19/5).

Menjabat sejak 2008 sebagai Presiden Direktur Bank OCBC NISP, dia mengenang masa-masa awal dirinya menduduki kursi tertinggi di bank swasta tertua di Indonesia tersebut. Dia pun mengakui, jumlah perempuan di Indonesia yang menjadi pemimpin atau duduk di level tinggi perusahaan masih bisa dihitung dengan jari. Namun, keadaan kini sudah jauh berubah.

“Kalau ingat dulu di BI bapak-bapak saja yang keluar dari lift dan bicara perekonomian. Perempuan juga dipandang sulit bicara bisnis,” kata Parwati.

Namun terkait kesetaraan, banyak yang beranggapan bahwa seksisme terhadap perempuan bersumber dari laki-laki yang melakukan mansplaining alias penjelasan kepada seseorang (terutama perempuan) yang bersifat bias gender dan tak jarang merendahkan lawan jenisnya. 

Parwati menegaskan, ada faktor kesalahan juga di pihak perempuan yang bersikap inferior. “Contohnya, ketika ada promosi jabatan, tapi harus pindah kota buru-buru menyimpulkan nggak bisa menjalaninya karena faktor keluarga, padahal secara kinerja bagus. Kesannya perempuan harus bekerja dua atau tiga kali lebih keras untuk bisa setara memegang jabatan yang sebelumnya didominasi laki-laki,” katanya, menambahkan.

Tak kalah penting, perusahaan juga harus mendukung kesetaraan gender. Caranya dengan menerapkan promosi berdasarkan pencapaian individu yang bersangkutan, serta harus mewadahi perempuan untuk bersuara.

“Di Bank OCBC NISP memastikan stereotipe gender berkurang dan gender ,” kata Parwati. 

Sebagai informasi, per Maret 2022 komposisi karyawan perempuan di Bank OCBC NISP cukup dominan. Dari total lebih dari 5000 karyawan, Parwati memerinci keterlibatan perempuan mencakup 25 persen Board of Commissioner, 44 persen Board of Directors, dan 55 persen secara keseluruhan (Bankwide).

Related Topics