BUSINESS

Kontributor Terbesar, Ekspor Industri Manufaktur Naik 24,03 Persen

Sektor ini menyumbang 71 persen dari total ekspor nasional.

Kontributor Terbesar, Ekspor Industri Manufaktur Naik 24,03 PersenProses kerja di pabrik tekstil. Shutterstock/AdaCo
by
19 September 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sepanjang Januari-Agustus 2022 sebesar US$139,23 miliar atau naik 24,03 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Sektor industri tetap memberikan kontribusi paling besar, yakni 71,55 persen terhadap total nilai ekspor nasional yang menembus US$194,60 miliar.

“Kinerja ekspor dari sektor industri manufaktur masih terus melambung, meskipun berada di tengah risiko ketidakpastian kondisi global yang membayangi ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resmi, Minggu (18/9).

Menperin menegaskan, pengapalan sektor industri manufaktur konsisten memberikan andil yang besar terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia. “Neraca perdagangan kita surplus selama 28 bulan berturut-turut, dan ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dalam pemulihan ekonomi berada pada jalur yang tepat,” ungkapnya.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan secara kumulatif pada Januari-Agustus 2022 mengalami surplus sebesar US$34,92 miliar atau tumbuh 68,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. “Surplus neraca perdagangan tidak terlepas dari program hilirisasi industri yang terus kami jalankan, guna meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di Indonesia,” tutur Agus.

Hasil dari larangan ekspor komoditas

Nilai ekspor komoditas turunan nikel meningkat signifikan sejak pemerintah memberlakukan pelarangan ekspor bijih nikel pada awal tahun 2020. Hal ini terlihat dari nilai ekspor komoditas turunan nikel pada Januari-Agustus 2022 yang mencapai US$12,35 miliar atau tumbuh hingga 263 persen jika dibandingkan tahun 2019, sebelum pemberlakukan larangan ekspor bijih nikel yang hanya mencapai US$3,40 miliar.

“Enam tahun yang lalu, ekspor kita dari nikel kira-kira hanya US$1,1 miliar. Sedangkan, pada tahun 2021 sudah mencapai US$20,9 miliar. Artinya, nilai tambah lompatannya hingga 19 kali. Oleh karena itu, pemerintah terus memacu tumbuhnya industri smelter yang terbukti memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional,” ujar Menperin.

BPS juga mencatat, industri pengolahan menjadi kontributor terbesar jika dilihat menurut sektornya, dengan nilai ekspor mencapai US$19,79 miliar pada Agustus 2022. Pengapalan sektor manufaktur ini mengalami pertumbuhan 13,49 perseen apabila dibandingkan dengan nilai posisi pada Juli 2022.

“Kenaikan eskpor ini didorong oleh komoditas minyak kelapa sawit, besi baja, peralatan listrik, kendaraan dan bagiannya, serta turunan nikel,” kata Agus.

Dorong terbentuknya hilirisasi industri

Foto udara aktivitas pengolahan nikel (smelter) yang berada di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industrial (VDNI) di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (14/12/2021). ANTARA FOTO/Jojon/foc.
Foto udara aktivitas pengolahan nikel (smelter) yang berada di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industrial (VDNI) di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (14/12/2021). ANTARA FOTO/Jojon/foc.

Related Topics