Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Penulis Buku “Sang Tiga Gajah” Renold Rinaldi menyerahkan buku kepada Direktur Utama SMBR, Daconi Khotob/Dok. SMBR

Jakarta, FORTUNE -  Hampir memasuki usia keemasan, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) selaku anak usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) mengadakan soft launching buku sejarah SMBR pada Selasa (24/10) di Hotel Bidakara, Jakarta. Peluncuran buku ini bersamaan dengan Public Expose SMBR Tahun 2023 yang digelar secara hybrid.

Buku berjudul “Sang Tiga Gajah: Merayakan Sejarah, Melanjutkan Kisah" berisi rekam jejak sejarah kolosal sebuah pabrik semen yang didirikan di Kota Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu. 

Direktur Utama SMBR, Daconi Khotob, menjelaskan sang tiga gajah adalah julukan yang merujuk kepada tiga tempat lokasi operasional SMBR yang berdiri tegak seperti gajah-gajah yang kokoh dan tahan lamo sesuai tagline SMBR. 

“Buku ini merupakan saksi sejarah, pencapaian, dan peran strategis serta kontribusi SMBR dalam pembangunan infrastruktur dan perekonomian nasional, khususnya di wilayah Sumatera Bagian Selatan,” kata Daconi dalam sambutannya.

Ia juga menyampaikan dan apresiasi setinggi-tinggi kepada semua pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam pembuatan buku sejarah ini. Daconi berharap buku sejarah berdirinya SMBR sebagai sumber motivasi dan gagasan inovatif untuk mencapai tujuan bersama.

<h2><strong>Perjalanan SMBR </strong></h2>

Sang Tiga Gajah: Merayakan Sejarah, Melanjutkan Kisah" memuat perjalanan bagaimana sebuah pabrik yang bahan baku, dan pengolahannya hingga menjadi klinker berada di Baturaja. Namun, juga memiliki grinding plant dan packaging plant di Kota Palembang dan Bandar Lampung.

Ide awal pembangunan pabrik yang berada di tiga lokasi ini terbilang unik. Pembangunan pabrik semen yang berada di Baturaja dimaksudkan agar memanfaatkan jalur kereta api untuk pendistribusiannya. Oleh pemerintah, SMBR memang dibangun untuk memenuhi kebutuhan semen di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel).

Dalam perjalanannya, SMBR sudah mengalami fase yang sulit. Pembangunan pabrik sempat tertunda lantaran situasi ekonomi dalam negeri yang tidak menentu. Pembangunan pabrik sempat tersendat, imbas dari krisis dan situasi global di akhir 1970-an. 

Pada tahun 1998, SMBR sempat akan dilego ke pihak asing, di buku ini diceritakan detail bagaimana jajaran manajemen waktu itu berhasil menyelamatkan aset perusahaan dari ‘rumah sakit’ bernama BPPN dan cengkraman pihak asing.

<h2><strong>Melaju ke Bursa Efek Indonesia</strong></h2>

Editorial Team

Tonton lebih seru di