Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Kebutuhan Aluminium Diproyeksikan Naik 600 Persen dalam 30 Tahun

Pekerja Inalum sedang proses pembuatan bahan baku aluminium. (Dok. Inalum)
Pekerja Inalum sedang proses pembuatan bahan baku aluminium. (Dok. Inalum)
Intinya sih...
  • Kebutuhan aluminium nasional diproyeksikan naik 600 persen dalam 30 tahun ke depan.
  • Aluminium menjadi komponen krusial dalam teknologi masa depan, terutama untuk sektor EV battery dan energi terbarukan.
  • Produksi aluminium nasional baru mampu memenuhi 46 persen kebutuhan dalam negeri.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) memproyeksikan lonjakan kebutuhan aluminium nasional hingga 600 persen dalam tiga dekade ke depan. Proyeksi ini menegaskan bahwa percepatan hilirisasi mineral menjadi agenda strategis yang harus dijalankan.

Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita, menjelaskan konsumsi aluminium akan meningkat tajam karena material tersebut menjadi komponen penting dalam teknologi masa depan, “terutama didorong oleh sektor EV battery dan energi terbarukan,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (20/11).

Sebagai gambaran, satu battery pack kendaraan listrik mengandung sekitar 18 persen aluminium, sementara pembangunan pembangkit listrik tenaga surya membutuhkan 21 ton aluminium untuk setiap 1 MW kapasitas terpasang.

Dengan masifnya agenda transisi energi, kebutuhan aluminium dipastikan terus meroket.

Saat ini, produksi aluminium nasional baru mampu memenuhi 46 persen kebutuhan dalam negeri. Artinya, 54 persen kebutuhan aluminium primer masih harus diimpor.

“Percepatan pembangunan smelter dan refinery menjadi sangat krusial untuk ke depannya,” kata Melati.

Untuk memenuhi lonjakan permintaan sekaligus mengurangi ketergantungan impor, Inalum menyiapkan strategi ekspansi besar dalam lima tahun mendatang.

Saat ini, Inalum mengoperasikan smelter aluminium primer berkapasitas 275.000 ton per tahun, smelter sekunder berkapasitas 30.000 ton per tahun, dan pembangkit listrik tenaga air (hydropower) berkapasitas 603 MW sebagai sumber energi utama.

“Ke depan kami yakin bisa meningkatkan kemampuan kami untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dan memperkuat rantai pasok aluminium secara nasional,” kata Melati.

Selain memperkuat kapasitas smelter, Inalum juga tengah mengebut proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase II di Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek ini merupakan ekspansi dari SGAR Fase I yang telah dibangun dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun.

Dengan beroperasinya SGAR Fase II pada 2028, kapasitas produksi alumina domestik akan meningkat menjadi 2 juta ton per tahun. Langkah ini penting mengingat alumina adalah bahan baku utama pembuatan aluminium.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in Business

See More

Kebutuhan Aluminium Diproyeksikan Naik 600 Persen dalam 30 Tahun

20 Nov 2025, 17:33 WIBBusiness