Laba Bersih Merdeka Battery Melonjak 139%, Apa Katalisnya?

Jakarta, FORTUNE - Entitas usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) meraih laba bersih sebesar US$80 juta pada 2024, meroket 139 persen (YoY).
Seiring dengan itu, pendapatan perseroan pun bertumbuh 39 persen (YoY) menjadi US$1,84 miliar. Lantas, apa katalis di balik peningkatan itu?
Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo mengatakan faktor utama di balik pertumbuhan kinerja perseroan adalah kenaikan produksi dari tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM). Ditambah dengan kontribusi signifikan dari operasi nickel pig iron (NPI).
Selama 2024, tambang SCM menghasilkan 10,1 juta wet metric tonnes (wmt) limonit, peningkatan 150 persen (YoY), dan 4,9 juta wmt saprolit, naik 110 persen (YoY) dari 2023. Dalam periode yang sama, smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) memproduksi 82.161 ton nikel dalam bentuk NPI, peningkatan 26 persen (YoY).
"Dengan pengembangan proyek-proyek baru yang berjalan lancar serta fasilitas-fasilitas kunci yang mulai memasuki tahap commissioning, kami berada dalam posisi yang kuat untuk mempertahankan pertumbuhan berkelanjutan pada 2025," jelas Teddy, dikutip Selasa (8/4).
Selain itu, katalis lainnya datang dari mobilisasi kontraktor tambang baru dan percepatan kegiatan penambangan yang meningkatkan produksi bijih secara signifikan.
Inisiatif efisiensi biaya juga berkontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan. Biaya tunai penambangan di tambang SCM menurun dari US$6 per wmt (kuartal III 2024) menjadi US$5 per wmt (kuartal IV 2024).
Sementara biaya tunai NPI turun menjadi US$10.307 per ton (2024), dibandingkan dengan US$12.095 per ton pada tahun sebelumnya. Hal itu menempatkan MBMA pada kisaran bawah dari panduan biaya antara US$10.000 hingga US$11.000 per ton.
"Biaya tunai NPI diperkirakan akan terus menurun seiring meningkatnya ketersediaan bijih saprolite dari produksi sendiri untuk operasi RKEF kami," kata Teddy.
Untuk lebih mengoptimalkan logistik dan mengurangi biaya, MBMA saat ini tengah membangun jalan angkut baru yang akan menghubungkan tambang SCM secara langsung dengan kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Proyek infrastruktur strategis itu diproyeksi menurunkan biaya pengangkutan secara signifikan, meningkatkan kapasitas pengiriman bijih saprolit, serta menciptakan koridor khusus untuk jalur pipa dan transmisi bijih limonit yang akan menyuplai pengembangan fasilitas HPAL MBMA di IMIP.
Sebagai bagian dari strategi pertumbuhan jangka panjang, MBMA tengah mengembangkan dua pabrik HPAL di IMIP bermitra dengan GEM Co., Ltd dan mitra strategis lainnya. PT Sulawesi Nickel Cobalt memiliki rencana kapasitas produksi nikel sebesar 90.000 ton per tahun dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
PT ESG New Energy Material dirancang memiliki kapasitas produksi 30.000 ton nikel per tahun, sementara PT Meiming New Energy Material akan menyumbang produksi 25.000 ton setiap tahunnya. Train A PT ESG telah mulai berproduksi pada Desember 2024 dan menyelesaikan penjualan MHP perdana pada Maret 2025; Train B sedang dalam tahap commissioning dan direncanakan mulai beroperasi pada kuartal II 2025. Kegiatan konstruksi di PT SLNC dimulai pada kuartal I 2025.
Sementara itu, kegiatan commissioning di fasilitas Acid Iron Metal (AIM) yang dioperasikan PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) terus menunjukkan kemajuan. Pabrik asam dan pirit di MTI telah beroperasi, dengan pabrik asam mencatat rekor produksi pada kuartal IV 2024 sebesar 164.985 ton asam dan 225.036 ton uap.
Pabrik logam klorida dan katoda tembaga juga mendekati penyelesaian tahap commissioning di mana pabrik klorida telah memproduksi sponge copper perdana pada Januari 2025.
“Melalui kombinasi eksekusi yang disiplin serta investasi strategis, kami membangun landasan yang scalable dan berbiaya rendah untuk menciptakan nilai jangka panjang,” tambah Teddy.