BUSINESS

Restrukturisasi Terus Diupayakan, Garuda Serahkan Proposal ke Kreditur

Garuda juga melakukan efisensi atas kinerja operasional.

Restrukturisasi Terus Diupayakan, Garuda Serahkan Proposal ke KrediturANTARA/Muhammad Iqbal

by Luky Maulana Firmansyah

17 November 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus mempercepat upaya restrukturisasi demi memperbaiki kinerja. Terkini, maskapai pelat merah tersebut menyatakan telah menyampaikan proposal skema restrukturisasi kepada lessor (perusahaan penyedia jasa sewa barang dalam bentuk guna usaha) dan kreditur.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan proposal itu berisi rencana jangka panjang perseroan serta penawaran dalam pengelolaan kewajiban bisnis dengan lessor, kreditur, dan para pemasok utama.

“Penyampaian skema proposal restrukturisasi ini menjadi langkah awal dari keseluruhan proses restrukturisasi dan menjadi momentum penting dalam upaya kami untuk bertransformasi menjadi entitas bisnis yang lebih adaptif, efisien, dan profitable", kata Irfan dalam keterangan tertulis kepada Fortune Indonesia, Rabu (17/11).

Menurut Irfan, proposal yang sama turut diselaraskan dengan momentum pengajuan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) di Pengadilan Niaga Jakarta oleh salah satu mitra perseroan. Sebagai informasi, Garuda Indonesia pada Jumat (22/10) digugat PKPU oleh PT Mitra Buana Korporindo, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi.

Dia menambahkan, perusahaan juga telah berkoordinasi dengan tim restrukturisasi serta para penasihat untuk menjawab dan mempelajari feedback dari lessor dan kreditur atas skema proposal. Setelahnya, segera melakukan tindak lanjut demi memperoleh kesepakatan terbaik.

Sebagai informasi, Garuda Indonesia pada kuartal II-2021 tercatat memiliki total kewajiban (liabilitas) US$12,96 miliar atau setara Rp187,96 triliun. Namun, perseroan memiliki ekuitas negatif US$2,85 miliar atau Rp41,30 trilun.

Ekuitas negatif ini dapat diartikan bahwa liabilitas perusahaan lebih besar dibandingkan asetnya. Seturut pernyataan Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, pada Selasa (9/11), ekuitas sedemikian menandakan secara teknis Garuda Indonesia sebenarnya sudah bangkrut.

Efisiensi operasional

Seiring proses restrukturisasi, kata Irfan, Garuda Indonesia juga melakukan penyempurnaan atas layanan penerbangannya. Strateginya yaitu dengan melakukan tinjauan atas aspek cost leadership serta efisiensi. Perusahaan memastikan akan tetap mengedepankan aspek keamanan dan kenyamanan penerbangan.

“Komitmen kami tersebut juga didukung dengan penerapan asas Good Corporate Governance pada seluruh aspek bisnis, termasuk memaksimalkan lini pendapatan dari bisnis kargo sebagai salah satu penopang utama pendapatan usaha Garuda,” katanya.

Berdasarkan keterangan manajemen Garuda Indonesia kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (16/11), sampai September 2021, perusahaan membukukan pendapatan mencapai US$568 juta atau setara Rp8,24 triliun. Sedangkan, biaya operasional mencapai US$1,29 miliar atau Rp18,71 triliun.

Perusahaan masih rugi lantaran struktur biaya yang sebagian besar bersifat tetap (fixed). Meski begitu, perusahaan tak menyebutkan berapa persisnya kerugian tersebut.

Sementara, pada periode sama Garuda Indonesia beroleh jumlah penumpang 2,3 juta, dengan target hingga akhir tahun 3,3 juta. Namun, itu pun masih 17 persen dari jumlah penumpang sebelum masa pandemi atau 2019.