McKinsey PHK 200 Staf Teknologi, Peran Manusia Terancam Digantikan AI?

- McKinsey & Co. PHK 200 staf teknologi global karena penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk mengotomatisasi pekerjaan.
- Global Managing Partner McKinsey, Bob Sternfels, akan terus berinvestasi pada peran yang langsung berhubungan dengan klien.
- Sejumlah bank besar di seluruh dunia telah bereksperimen dengan AI selama beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan produktivitas.
Jakarta, FORTUNE - McKinsey & Co. dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 200 staf divisi teknologi global dalam sepekan terakhir. Pemangkasan ini dilakukan karena perusahaan mulai menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengotomatisasi beberapa jenis pekerjaan, seperti yang dilakukan sejumlah pesaing.
Menurut sumber yang mengetahui hal ini, McKinsey mengkaji kemungkinan pengurangan lagi dalam dua tahun ke depan seiring meningkatnya penggunaan AI. Perusahaan sedang menilai dengan saksama pekerjaan mana saja yang bisa digantikan oleh AI.
Dalam pernyataan resmi, juru bicara McKinsey mengatakan: “AI membuka peluang dan dampak yang belum pernah ada sebelumnya bagi kami dan klien kami. Kami terus berupaya membuat fungsi pendukung kami lebih efisien dan efektif, termasuk dengan memanfaatkan AI,” dikutip dari Bloomberg, Kamis (27/11).
Global Managing Partner McKinsey, Bob Sternfels, sebelumnya mengatakan bahwa perusahaan akan terus berinvestasi pada peran yang langsung berhubungan dengan klien, sambil meninjau ulang kebutuhan tenaga kerja di divisi lain. Saat ini, McKinsey mempekerjakan sekitar 40.000 karyawan, termasuk 3.000 mitra.
Dalam wawancara TV Bloomberg pada September, Sternfels mengatakan: “Kami terus menambah tenaga di posisi yang langsung melayani klien. Kami juga akan meningkatkan keterampilan karyawan, namun kemungkinan jumlah staf di posisi non-klien akan berkurang, karena peran mereka bisa didukung oleh teknologi dan AI.”
Industri konsultansi secara umum juga menghadapi banyak tekanan, seperti anggaran perusahaan yang lebih ketat dan perubahan kebijakan pemerintah. Perusahaan konsultan, Accenture, mengatakan bahwa pemangkasan anggaran pemerintah AS untuk jasa konsultan kemungkinan akan memperlambat pertumbuhan mereka tahun depan, meskipun pendapatan kuartal terakhir masih melampaui ekspektasi.
CEO Accenture, Julie Sweet, mengatakan perusahaan juga memangkas karyawan yang tidak bisa dilatih ulang karena mereka kini lebih banyak mengerjakan pekerjaan berbasis AI dan otomatisasi.
Kemajuan teknologi kerap menjadi tantangan bagi banyak industri karena membuat sejumlah pekerjaan menjadi tidak lagi diperlukan. Menurut Bloomberg Intelligence, sejumlah bank global diperkirakan akan memangkas hingga 200.000 karyawan dalam 3–5 tahun ke depan seiring semakin banyak tugas yang bisa dikerjakan AI. CEO JPMorgan, Jamie Dimon, terus mengatakan bahwa AI memberi banyak peluang, meski di sisi lain berisiko menghilangkan beberapa pekerjaan.
Sejumlah bank besar di seluruh dunia telah bereksperimen dengan AI selama beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya. Citigroup memperkirakan bahwa teknologi ini bisa memberikan tambahan pendapatan hingga US$170 miliar bagi industri perbankan pada 2028, dengan lebih dari separuh jenis pekerjaan (54 persen) berpotensi besar untuk diotomatisasi.


















