Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Konsep strategi industri blockchain. Shutterstock/Panchenko Vladimir

Jakarta, FORTUNE - Di Indonesia, tercatat sebanyak 7,4 juta orang telah membeli atau menjual cryptocurrency pada Juli 2021, menurut data Kementerian Perdagangan Indonesia. Sementara blockchain sering dikaitkan dengan aset digital dan produk keuangan, banyak proyek blockchain yang tengah dikembangkan untuk sektor-sektor lain termasuk filantropi, pertanian, permainan, dan karya seni digital.

Sebagian besar startup berbasis blockchain masih dalam tahap awal, tetapi para pendiri percaya bahwa teknologi ini dapat merevolusi operasional bisnis di pasar lainnya. Pengusaha blockchain sering menyoroti sifat teknologi blockchain yang terdesentralisasi serta kapasitasnya untuk mencatat transaksi dan meningkatkan akuntabilitas sebagai dua manfaat yang signifikan. Startup yang muncul juga menggunakan platform blockchain yang berbeda untuk menyesuaikan kebutuhan mereka, seperti Ethereum, Near, dan Binance Smart Chain.

Berikut adalah beberapa contoh proyek blockchain selain dalam hal keuangan dan perdagangan kripto di Indonesia dilansir dari KrAsia, Kamis (2/12).

Transparansi dalam sektor filantropi

BeKind adalah startup yang memanfaatkan teknologi blockchain untuk manajemen amal. Diluncurkan pada bulan Juni, BeKind ingin menjawab “dua tantangan utama dalam sistem donasi global—akuntabilitas dan keberlanjutan bisnis,” ujar CEO BeKind Fajar Jasmin.

“Para donatur yang menyumbang melalui badan amal tidak tahu persis berapa banyak uang mereka yang masuk ke tangan penerima manfaat (beneficiary). Sementara amal dikelola oleh organisasi nirlaba, banyak dari mereka beroperasi tanpa cadangan uang tunai yang cukup. Maka dari itu, tidak berkelanjutan,” ujar Jasmin kepada KrASIA.

Ide di balik BeKind sangat sederhana. Perusahaan membuat token, K1ND, yang dibangun di atas teknologi Binance Smart Chain. Donatur akan memperoleh K1ND di bursa Tokocrypto juga melalui saluran lain seperti transfer peer-to-peer setelah peluncuran resmi token pada bulan Desember. Para donatur kemudian dapat menyetorkan K1ND mereka ke dompet online organisasi amal dan nirlaba yang terdaftar di platform BeKind. Mereka juga bisa menggunakan token mereka untuk staking di platform BeKind Hub, seperti halnya bunga yang diperoleh di rekening tabungan.

Jasmin menyebutkan sistem ini dapat meningkatkan transparansi karena semua transaksi dicatat di blockchain dan dapat dilihat secara online oleh semua pengguna. Sistem ini juga memungkinkan donatur, badan amal, dan organisasi nirlaba untuk mendapatkan bunga dari staking. Token disetorkan ke akun staking dengan tingkat persentase tahunan tertentu atau persentase hasil tahunan, dan bebas untuk ditarik kapan saja. APY dapat mengalami fluktuasi tergantung pada berapa banyak token yang dipertaruhkan, atau dapat berupa APY tetap, tergantung tata cara pengaturannya oleh platform. Jasmin tidak memberikan perincian jelas.

BeKind adalah proyek donasi berbasis blockchain pertama di Indonesia. Perusahaan saat ini menjual tokennya melalui saluran penjualan pribadi seharga US$0,17 per token, sementara perkiraan harga listingnya akan menjadi US$0,24, menurut situs web. BeKind akan secara resmi meluncurkan dan mendaftarkan tokennya di bursa Tokocrypto pada bulan Desember.

Perusahaan juga berencana untuk menerapkan "sistem pelacak dampak" pada blockchain, yang akan memberikan informasi tentang pengembangan proyek yang didanai dengan K1ND. “Ke depannya, kami akan menyediakan dokumentasi dan laporan donasi dampak yang terkait dengan blockchain untuk memastikan transparansi,” ujar Jasmin.

Pemanfaatan blockchain di sektor agrikultur

Editorial Team

Tonton lebih seru di