Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pasar Padel di Swedia Ambruk, Apa yang Terjadi?

Pasar Padel di Swedia
Ilustrasi olahraga padel (pixabay.com/IGfotojonas)
Intinya sih...
  • Pasar padel di Swedia ambruk diakibatkan dinamika yang berubah drastis
  • Laporan 2023 menunjukkan We Are Padel hanya menyisakan 13 klub aktif, setelah mencatat kerugian hingga 716 juta kronor Swedia (sekitar 65 juta dolar AS) pada 2022
  • Perusahaan PDL United yang didukung Coeli Private Equity juga bangkrut, dengan asetnya kini dikuasai para kreditor
  • Menurut laporan Playtomic dan Monitor Deloitte dalam Global Padel Report 2023, industri padel global diperkirakan akan tumbuh mencapai 6 miliar euro pada 2026
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Padel sempat menjadi fenomena olahraga yang menggemparkan di Swedia. Bermula dari pandemi Covid-19, hanya dalam waktu singkat, ribuan lapangan dibangun, investor berbondong-bondong masuk, dan masyarakat menyebut padel sebagai olahraga nasional baru. Bahkan, di puncak popularitasnya, Swedia mencatat sekitar 700.000 pemain dari total populasi 10 juta jiwa.

Namun, layaknya tren yang tumbuh terlalu cepat, euforia itu tidak bertahan lama. Begitu pandemi mereda dan masyarakat kembali pada rutinitas normal, jumlah pemain perlahan menyusut. Banyak lapangan yang sebelumnya penuh, kini kosong, terutama di luar jam sibuk. Kondisi ini membuat banyak pengelola harus menutup fasilitas atau mengalihkan fungsinya menjadi gudang dan toko.

Fenomena ambruknya pasar padel di Swedia kini menjadi sorotan global. Apa yang awalnya disebut “demam emas”, berubah menjadi krisis bisnis. Lantas, apa sebenarnya yang terjadi di balik naik turunnya tren olahraga ini?

Bermula dari pandemi Covid-19

Popularitas padel di Swedia bermula pada masa pandemi Covid-19. Dengan aturan jaga jarak sosial, padel dianggap sebagai olahraga aman dan ramah Covid. Permainannya sederhana, bisa dimainkan segala usia, dan lapangan-lapangan selalu terisi penuh sepanjang hari. Dari sini, padel tumbuh menjadi bisnis besar, dengan ratusan perusahaan membuka pusat olahraga baru.

Namun, selepas pandemi, dinamika berubah drastis. Orang-orang kembali sibuk bekerja di kantor, sementara inflasi ikut menekan daya beli masyarakat. Lapangan padel yang dulu diperebutkan, kini sulit diisi, kecuali pada jam sibuk. Persaingan antarpenyedia lapangan pun semakin ketat, hingga banyak yang tidak mampu bertahan.

We Are Padel dan PDL United di ujung tanduk

Salah satu cerita terbesar datang dari We Are Padel, raksasa bisnis padel Swedia. Perusahaan ini mengajukan restrukturisasi dan kemungkinan menutup setengah dari 80 lokasinya. Pada 2022, CEO mereka, Christoffer Lilja, bahkan mengundurkan diri, sementara pendiri Pontus Gustafsson menyebut perusahaan menghadapi “tantangan profitabilitas di pasar yang sangat kompetitif.”

Sementara itu, laporan 2023 menunjukkan We Are Padel hanya menyisakan 13 klub aktif, setelah mencatat kerugian hingga 716 juta kronor Swedia (sekitar 65 juta dolar AS) pada 2022. Tekanan ini sebagian besar disebabkan penurunan nilai aset yang besar.

Tak hanya We Are Padel, perusahaan PDL United yang didukung Coeli Private Equity juga bangkrut, dengan asetnya kini dikuasai para kreditor. Data dari Creditsafe mencatat hampir 90 perusahaan padel di Swedia mengajukan kebangkrutan sepanjang 2023.

Menurut Eno Polo, CEO grup padel Eropa Triton, LeDap, perusahaan yang menaungi We Are Padel, ledakan padel di Swedia bagaikan demam emas. Orang-orang berlomba berinvestasi, mirip dengan euforia gelembung properti yang akhirnya pecah.

Kini, banyak fasilitas padel di Swedia telah beralih fungsi. Contohnya di Vasteras, sekitar 100 kilometer dari Stockholm, sebuah pusat padel diubah menjadi toko kelontong Willys milik Axfood AB. Gedung lainnya ada yang menjadi gudang panel surya maupun penyimpanan ban.

Prospek padel masih berpotensi secara global

Meski pasar padel di Swedia melemah, industri padel global masih memiliki potensi besar. Menurut laporan Playtomic dan Monitor Deloitte dalam Global Padel Report 2023, ekosistem padel diperkirakan akan tumbuh mencapai 6 miliar euro pada 2026. Jumlah lapangan di dunia juga diproyeksikan meningkat dua kali lipat menjadi 85.000.

Optimisme ini membuat sejumlah investor tetap percaya pada masa depan padel. Pendiri Spotify, Martin Lorentzon, misalnya, mendukung pembangunan pusat padel baru di Canary Wharf, London, pada 2025. Inggris pun dipandang sebagai salah satu pasar potensial yang dapat mendorong pertumbuhan olahraga ini ke level berikutnya.

Dengan kata lain, meski Swedia mengalami fase kejatuhan, padel masih berpeluang menjadi olahraga global yang berkembang pesat.

FAQ seputar padel

  1. Apa itu olahraga padel?
    Padel adalah olahraga raket yang menggabungkan unsur tenis dan squash. Permainannya dilakukan di lapangan berpagar kaca berukuran lebih kecil dari lapangan tenis, dan biasanya dimainkan ganda (2 lawan 2).
  2. Mengapa padel sempat populer di Swedia?
    Karena mudah dimainkan, cocok untuk semua usia, dan saat pandemi dianggap aman. Banyak orang mencari aktivitas luar ruang yang tetap sesuai aturan jaga jarak.
  3. Apakah lapangan padel di Swedia semua ditutup?
    Tidak. Masih ada lapangan yang beroperasi meski jumlahnya menurun. Banyak fasilitas yang tidak bertahan kini dialihfungsikan untuk kebutuhan lain.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yunisda DS
EditorYunisda DS
Follow Us

Latest in Business

See More

Pasar Padel di Swedia Ambruk, Apa yang Terjadi?

23 Sep 2025, 17:40 WIBBusiness