Pendapatan Naik, Tapi Kerugian VinFast Membengkak

- Kerugian bersih VinFast mencapai US$712,4 juta pada kuartal pertama, meskipun pendapatan naik 150% menjadi US$656,5 juta.
- VinFast menghadapi tantangan permintaan yang lemah, persaingan ketat, dan tarif impor 25% dari AS, sehingga margin kotor masih negatif 35,2%.
- VinFast berencana fokus ekspansi ke India, Filipina, dan Vietnam dengan membuka pabrik baru di India pada Juli dan di Indonesia pada Oktober.
Jakarta, FORTUNE – Produsen kendaraan listrik asal Vietnam, VinFast, kembali mencatat kerugian bersih untuk kuartal keenam berturut-turut meskipun pendapatan perusahaan meningkat. Hal ini disebabkan oleh biaya-biaya yang terus naik, seiring dengan lonjakan pengiriman kendaraan.
Dilansir dari Reuters, pada kuartal pertama, kerugian bersih VinFast mencapai US$712,4 juta — membaik dari kuartal sebelumnya yang sebesar US$1,3 miliar, sedangkan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu terjadi kenaikan 20 persen. Kenaikan ini juga melebihi ekspektasi analis yang memperkirakan kerugian sebesar US$616,3 juta.
Meski laba bersih menurun, dari segi pendapatan VinFast mencatat lonjakan 150 persen menjadi US$656,5 juta. Angka ini juga melampaui estimasi analis sebesar US$520 juta. Pengiriman kendaraan naik hampir 300 persen menjadi 36.330 unit, terutama di pasar domestik Vietnam. Saham VinFast pun naik 10,53 persen dalam perdagangan pra-pasar.
Meski didukung konglomerasi Vingroup, VinFast menghadapi tantangan besar seperti permintaan yang lemah, persaingan ketat, dan tarif impor 25 persen dari AS — padahal sebelumnya, AS ditargetkan sebagai pasar utama.
Pada kuartal ini, margin kotor perusahaan masih negatif 35,2 persen, meskipun membaik dari -58,7 persen tahun lalu. Untuk mengendalikan biaya, VinFast mulai meninggalkan model ruang pamer mewah dan beralih ke sistem dealer, serta memperluas fokus ke Asia, termasuk pabrik baru di India yang dijadwalkan beroperasi Juli.
Biaya riset dan pengembangan turun 22,3 persen dari tahun lalu, tetapi biaya penjualan naik lebih dari dua kali lipat.
Sejak IPO pada Agustus 2023, VinFast belum pernah mencetak laba, dan hingga Mei telah menerima dukungan dana sekitar US$2 miliar dari pendiri sekaligus CEO-nya, Pham Nhat Vuong, dan Vingroup.
Ekspansi Agresif di Kawasan
VinFast berlomba-lomba untuk memantapkan posisinya di Asia yang sensitif terhadap harga di tengah persaingan yang ketat dan kerugian yang terus berlanjut dalam bisnis internasionalnya.
Dikutip dari Bloomberg, Pendiri sekaligus CEO VinFast yang juga miliarder, Pham Nhat Vuong, mengatakan perusahaan tidak berencana meningkatkan penjualan di Amerika Utara dan Eropa karena biaya logistik yang tinggi dan sebaliknya akan fokus pada India, india, Filipina, dan Vietnam.
Pabrik VinFast di negara bagian Tamil Nadu di India selatan akan diresmikan pada 30 Juli, sebulan lebih lama dari jadwal. Perusahaan juga berencana membuka pabrik di Indonesia pada Oktober. Perusahaan menargetkan untuk mengirimkan lebih dari 200.000 kendaraan di Vietnam tahun ini.
Vuong, yang telah menggelontorkan hampir US$1 miliar kekayaan pribadinya ke VinFast pada 2023 dan 2024, menjanjikan tambahan US$2 miliar hingga 2026 untuk mendukung ekspansi global sang produsen mobil. Vingroup juga telah berkomitmen memberikan pinjaman sebanyak US$1,4 miliar kepada VinFast.
Menurut laporan tersebut, hingga 31 Mei, Vingroup telah mencairkan pinjaman sebesar US$1,2 miliar kepada VinFast. Dari US$2 miliar yang telah Vuong janjikan untuk diberikan kepada VinFast dalam bentuk hibah gratis, total US$825,4 juta telah dicairkan hingga periode tersebut.
Perusahaan mempertahankan targetnya untuk setidaknya menggandakan pengiriman global tahun ini, katanya dalam laporan tersebut. Pada tahun 2024, VinFast telah mengirimkan 97.399 kendaraan listrik secara global.