ProSTEM dan RS Atma Jaya Kembangkan Stem Cell, Gelontorkan Rp40 Miliar

- ProSTEM dan RS Atma Jaya kembangkan terapi stem cell senilai Rp40 miliar
- Kolaborasi meliputi pelatihan dokter, uji klinis, edukasi publik, dan model bisnis layanan regeneratif lanjutan
- ProSTEM membidik pertumbuhan kinerja 35 persen hingga akhir 2025 dengan kontribusi laba bersih Rp2,3 miliar pada 2026
Jakarta, FORTUNE - PT Prodia StemCell Indonesia (ProSTEM), anak usaha PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), menjalin kerja sama strategis dengan Rumah Sakit Atma Jaya untuk mengakselerasi pengembangan terapi sel punca (stem cell) di Tanah Air. Kemitraan ini ditandai dengan komitmen investasi penelitian yang nilainya mencapai Rp40 miliar.
Kolaborasi ini akan berfokus pada berbagai program, mulai dari pelatihan dokter, pelaksanaan uji klinis untuk penyakit degeneratif, edukasi publik mengenai bioteknologi, hingga penyusunan model bisnis layanan regeneratif. Visi besarnya adalah untuk mendorong Indonesia agar bisa menjadi salah satu pusat terapi sel punca terkemuka di dunia.
Direktur Utama ProSTEM, Cynthia Retna Sartika, menyatakan kolaborasi ini didasari oleh komitmen bersama menghadirkan opsi medis inovatif yang aman dan berbasis bukti ilmiah.
"Kami menyambut baik kemitraan ini karena sejalan dengan komitmen kami menghadirkan layanan terapi sel berstandar internasional, didukung fasilitas produksi GMP dan laboratorium quality control internal kami," ujar Cynthia dalam acara penandatanganan MoU di Jakarta, Selasa (29/7).
Senada dengan itu, Direktur Utama PT Atma Jaya Medika, Edward, menilai kerja sama ini dapat menciptakan ekosistem kesehatan lebih unggul. Ia berharap, ke depan proses produksi terapi sel punca bisa sepenuhnya mandiri di dalam negeri, “sehingga nanti bisa semua dilakukan di Indonesia, tidak ada perlu lagi yang terbang dari Cina ke Indonesia, atau dari Korea ke Indonesia,” ujarnya.
Langkah strategis ini juga diproyeksikan menopang kinerja bisnis ProSTEM secara signifikan. Perseroan membidik pertumbuhan kinerja 35 persen hingga akhir 2025, setelah pada tahun sebelumnya berhasil mencatat pertumbuhan impresif 46 persen.
Dalam jangka panjang, kontribusi laba bersih dari ProSTEM diperkirakan mencapai Rp2,3 miliar pada 2026 dan diproyeksi meningkat bertahap hingga Rp10,6 miliar pada 2030.
Meski demikian, jalan menjadikan terapi sel punca sebagai pengobatan umum masih memiliki tantangan. Saat ini, layanan tersebut belum ditanggung oleh asuransi, termasuk BPJS Kesehatan. ProSTEM menyatakan tengah mengupayakan berbagai cara agar terapi inovatif ini dapat dinikmati oleh lebih banyak pasien secara aksesibel.
Sel punca merupakan sel induk yang belum terspesialisasi sehingga mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel lain untuk memperbaiki jaringan tubuh. Di Indonesia, layanan yang telah memiliki izin dari Kementerian Kesehatan dan sertifikat CPOB dari BPOM ini telah dimanfaatkan untuk membantu penanganan sejumlah penyakit, seperti luka akibat diabetes.