Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas Makassar yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV (Persero) di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (20/9). ANTARA FOTO/Arnas Padda

Jakarta, FORTUNE - Indonesia jadi negara kedua paling diminati perusahaan Amerika Serikat (AS) untuk memperluas bisnis di kawasan Asia Tenggara (Asean). Ini terungkap dari survei Standard Chartered yang hasilnya dituangkan dalam “Borderless Business: US-ASEAN Corridor”, sebuah laporan strategis tentang peluang besar pertumbuhan lintas batas di koridor perdagangan AS dan negara-negara Asean.

Dalam riset tersebut, para eksekutif perusahaan AS berfokus pada ekspansi untuk menangkap peluang penjualan dan produksi di Singapura (58 persen), Indonesia (45 persen), Thailand (43 persen), Filipina (38 persen), Malaysia dan Vietnam (keduanya sebesar 35 persen).

“Mayoritas perusahaan AS juga mengharapkan pertumbuhan bisnis yang kuat di wilayah ini dalam kurun waktu hingga 12 bulan ke depan dengan 93 persen responden mengharapkan peningkatan pendapatan dan 86 persen berharap adanya ekspansi produksi," demikian keterangan resmi Standard Chartered, seperti dikutip Antara, Rabu (22/9).

Standard Chartered juga memprediksi Asean akan terus menjadi pasar yang menarik bagi perusahaan- perusahaan AS. Pasalnya, populasi penduduk kawasan ini diproyeksikan bakal mencapai 723 juta pada 2030. 67 persen dari angka itu diperkirakan tergolong kelas menengah.

Sementara Indonesia, dengan jumlah penduduk melebihi 270 juta, diprediksi tetap menjadi daya tarik terkuat bagi perusahaan AS untuk memperluas basis konsumen dan produksinya.

Daya tarik lain dari negara-negara Asean adalah akses terhadap sumber daya manusia yang kuat dengan kecakapan tinggi dalam bahasa Inggris. Ini akan sangat memudahkan perusahaan-perusahaan AS yang ingin memanfaatkan tenaga kerja di kawasan.

Menurut eksekutif senior perusahaan AS yang disurvei, sejumlah pendorong penting untuk ekspansi ke kawasan Asean adalah akses pasar konsumen yang besar dan berkembang (70 persen), ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan dalam jumlah besar (53 persen), serta diversifikasi jejak produksi (40 persen)

Bahkan sebanyak 43 persen responden mengindikasikan bahwa mereka berencana untuk meningkatkan investasi di Asean dalam 3-5 tahun ke depan untuk memanfaatkan peluang yang akan dibawa oleh ratifikasi perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP).

Risiko Asean

Editorial Team

Tonton lebih seru di