Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Gen Z di Dunia Kerja: Antara Stereotipe dan Potensi Nyata

Ilustrasi peningkatan skill pekerja/Dok Mekari

Jakarta, FORTUNE - Generasi Z, yang lahir antara 1997-2012, mulai memasuki dunia kerja dan menimbulkan berbagai perdebatan. Stereotipe negatif sering kali melekat pada mereka, seperti dianggap lemah dan kurang berdedikasi. Namun, apakah benar demikian?

Survei "Hiring Trends Survey 2024" oleh Resume Genius menunjukkan bahwa 45 persen dari 625 manajer rekrutmen di AS menganggap Gen Z sebagai generasi yang paling menantang untuk diajak bekerja sama. Bahkan, 50 persen manajer rekrutmen dari Gen Z sendiri mengakui bahwa generasi mereka sulit diatur.

Namun, dalam dunia bisnis Indonesia, pandangan ini tidak sepenuhnya diterima. Chief Corporate Human Capital Development PT Astra International Tbk, Aloysius Budi Santoso, menilai bahwa tidak bisa menggeneralisasi karakter Gen Z. “Saya sebetulnya bukan yang percaya bahwa orang itu bisa dikotak-kotakkan ini generasi Z, ini generasi Y, dan seterusnya,” ujarnya kepada Fortune Indonesia.

Dalam survei internal Astra selama lebih dari empat tahun, ditemukan bahwa Gen Z memiliki karakter yang beragam. Ada yang sangat berdedikasi, sementara yang lain lebih mengutamakan keseimbangan hidup. Dalam program Management Trainee (MT), misalnya, ada peserta yang mengeluh bahwa programnya terlalu berat, namun ada juga yang bekerja keras. “Jadi, kita tidak bisa sesederhana mungkin menggeneralisasi sifat pekerja Gen Z,” tambahnya.

Di sektor FMCG, EVP & Chief of People and Business Ecosystem Paragon Corp, Ana Miftahuddin Amin, melihat Gen Z sebagai kekuatan baru. “Karyawan Gen Z paling banyak di bagian market development, product innovation, marketing, dan R&D. Mereka berkontribusi secara signifikan dalam pembuatan program aktivasi untuk konsumen, membangun brand, dan pengembangan produk baru. Dampaknya sangat positif, terutama dalam hal kreativitas dan penerapan teknologi terbaru,” ungkapnya.

Paragon Corp sendiri memiliki lebih dari 14.000 karyawan, dengan sekitar 50 persen berasal dari Gen Z. Menurut Miftah, komposisi ini menunjukkan betapa signifikannya peran generasi muda di perusahaan.

Gen Z dikenal dengan keinginan mereka akan kepraktisan dan efisiensi. Namun, apakah mereka benar-benar berkontribusi dalam lini bisnis yang vital? Head of People Acquisition & Organization Development DANA Indonesia, Putu Wisudantari Parthami, menyebutkan bahwa Gen Z memiliki karakter tech savvy, eksploratif, dan fokus pada keberagaman. “Kehadiran Gen Z ke dalam angkatan kerja menawarkan banyak manfaat. Mulai dari karakter tech savvy atau kemahiran teknologi, sifat eksploratif yang membawa inovasi dan kreativitas, hingga fokus yang kuat pada keberagaman atau diversity,” ujarnya.

Namun, tech savvy bukan berarti mereka paling cerdas dan kreatif. Pemahaman teknologi bisa menjadi bumerang ketika mereka cenderung mencari solusi instan. Budi dari Astra mencontohkan bagaimana dalam seleksi MT, banyak kandidat yang menggunakan alat seperti ChatGPT tetapi kesulitan menjelaskan rasionalitas di balik angka yang mereka sajikan. “Kalau enggak, ya mohon maaf. Pasti ada yang lebih bagus dan akan maju kariernya,” katanya.

Komunikasi dan loyalitas

Dok. Indonesia Millenial Gen Z Report 2025 (IDN Research Institute)

Masalah komunikasi juga menjadi perhatian. Menurut Miftah, Gen Z tumbuh dengan orang tua yang banyak bekerja sehingga kemampuan komunikasi mereka cenderung kurang. “Di Paragon Corp, untuk bisa memahami pola komunikasi yang baik dengan Gen Z, kami pun terus melakukan iterasi dan beradaptasi dengan cara maupun media komunikasi kami,” ujarnya.

Loyalitas juga menjadi isu tersendiri. Gen Z sering kali berpindah tempat kerja jika tidak menemukan tiga hal utama yang mereka cari: gaji dan tunjangan, kesempatan berkarier, serta lingkungan dan budaya kerja. Dalam "Indonesia Gen Z Report 2024" yang dirilis IDN Research Institute, hal ini semakin diperjelas karena ada tiga faktor utama bagi Gen Z dalam memilih tempat kerja, yakni gaji dan tunjangan (78 persen), kesempatan berkarier (60 persen), dan lingkungan & budaya (53 persen).

Tak hanya itu, Gen Z dinilai lebih realistis dibandingkan milenial yang cenderung lebih idealis. Di lain sisi, Gen Z juga menginginkan feedback yang real time untuk terus memperbaiki diri mereka. Sedangkan milenial lebih suka membahasnya dalam weekly meeting.

Lalu, bagaimana perusahaan mempertahankan talenta Gen Z? Budi dari Astra menyebutkan bahwa Astra memberikan kebebasan kepada unit bisnisnya dalam menentukan nilai yang ingin ditonjolkan. Namun, ada tiga nilai utama yang diterapkan: pengembangan karyawan, teamwork, dan prinsip bahwa karyawan adalah aset.

Sementara itu, Paragon Corp menekankan pentingnya memahami pola perilaku karyawan untuk menjaga loyalitas mereka. “Seperti dalam pengembangan produk, kita harus consumer-focused dengan memahami pola perilaku mereka. Dalam mengembangkan karyawan pun kita perlu menerapkan hal yang sama,” kata Miftah.

Meneropong tahun 2025, IDN Research Institute dalam Indonesia Millenial Gen Z Report 2025 mengungkap, millennial dan Gen Z sangat menekankan pertumbuhan dan perkembangan di tempat kerja, dengan 58 persen responden memprioritaskan peluang untuk belajar dan maju. Mereka mencari lingkungan yang menawarkan kemajuan berkelanjutan dan menghindari stagnasi dengan tetap berada di peran yang sama. Sama pentingnya adalah kebutuhan akan dukungan—54 persen menghargai rekan kerja yang suportif, dan 48 persen menekankan pentingnya atasan yang mendukung. Generasi ini berkembang dalam lingkungan yang kolaboratif, di mana kerja sama tim, bimbingan, dan dukungan timbal balik sangat dihargai.

Kompensasi dan fleksibilitas juga menjadi prioritas utama. Hampir setengah dari responden menekankan pentingnya gaji yang sesuai dengan keterampilan mereka, sementara 48 persen menghargai jam kerja yang fleksibel untuk menyeimbangkan kehidupan profesional dan pribadi. Bagi millennial dan Gen Z, pekerjaan bukan sekadar mencari penghasilan—mereka menginginkan peran yang menghargai waktu mereka dan memberikan otonomi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us