Survei: Gen Z-Milenial Pilih Skincare Lokal, Meski Banjir Produk Impor

- 87 persen gen z-milenial pilih skincare lokal meski banjir impor
- 72 persen responden anggap Korea Selatan sebagai rujukan produk skincare
- 59 persen konsumen muda beli skincare satu hingga tiga bulan sekali, cleanser produk paling sering dibeli
Jakarta, FORTUNE - Populix, perusahaan riset berbasis teknologi, melaporkan, mayoritas atau sekitar 87 persen generasi milenial dan Z memilih menggunakan produk perawatan kulit (skincare) lokal, meski produk impor membanjiri pasar. Meski begitu, mayoritas dari mereka masih memilih tren produk skincare asal Korea Selatan sebagai rujukan.
Temuan ini didapatkan dalam penelitian terbaru Populix bertajuk “Millennials & Gen Z Report: Local vs Global Skincare Trends and Market Shifts” yang didapatkan melalui survei kepada 1.100 orang milenial dan gen z di seluruh Indonesia. Riset ini melibatkan responden pria dan wanita dengan jumlah yang seimbang, dan didominasi kalangan menengah ke atas yang sudah bekerja.
Terkait produk perawatan kulit yang mereka gunakan, mayoritas responden mengaku menggunakan merek lokal. Hal ini berbanding jauh dengan produk Korea Selatan yang hanya digunakan 31 persen responden, disusul Jepang dengan 16 persen, Amerika dengan 5 persen, Perancis 3 persen dan Australia di 2 persen.
VP of Research Populix, Indah Tanip mengungkapkan, temuan ini cukup menarik, karena meskipun produk yang digunakan mayoritas dari Indonesia, 72 persen responden menobatkan Korea Selatan sebagai kiblat produk dan inovasi skincare mereka.
“Bahkan angkanya terpaut cukup jauh dari produk Indonesia (27 persen) dan produk Jepang (23 persen) sebagai rujukan kedua dan ketiga,” katanya dalam keterangan dikutip, Jumat (16/5).
Ada beberapa alasan mengapa konsumen muda ini tertarik dengan produk luar negeri. Dua alasan paling utama adalah persepsi publik tentang inovasi dan teknologi yang lebih maju (56 persen) dan bahan baku yang lebih bagus (48 persen). Disusul pengaruh rekomendasi dari influencer maupun ahli kecantikan (22 persen), kecocokan pada jenis kulit pengguna (14 persen), harga yang cenderung lebih kompetitif (11 persen), dan kemasan yang lebih menarik dan aesthetic (10 persen).
“Temuan ini menunjukkan masih adanya peluang pengembangan industri skincare lokal, khususnya dari sisi inovasi dan pemilihan bahan baku. Apabila para pelaku industri jeli, keunggulan produk mancanegara ini bisa diterapkan pada produk lokal. Terlebih pada dasarnya mereka masih unggul dari sisi pangsa pasar dan jangkauan,” kata Indah.
Tren Penggunaan Produk Perawatan Kulit
Pada penelitian ini Populix juga mengungkap tren penggunaan produk skincare di kalangan milenial dan Gen Z. Sekitar 59 persen responden yang disurvei konsumen muda membeli skincare satu hingga tiga bulan sekali. Kemudian, 15 persen akan membeli ketika produk perawatan sudah habis, dan sekitar 6 persen terdorong untuk melakukan pembelian ketika ada promosi maupun potongan harga besar.
Meskipun begitu 13 persen mengaku tidak menggunakan produk perawatan kulit sama sekali. Hal ini menunjukkan adanya untapped market yang sebenarnya masih bisa digali oleh para pelaku industri.
Kemudian dari sisi produk, produk skincare yang paling sering dibeli adalah cleanser atau pembersih wajah (63 persen). Disusul produk sunscreen atau tabir surya (54 persen) yang didominasi oleh Gen Z, moisturizer atau pelembab (51 persen), lalu produk serum (33 persen) yang didominasi oleh generasi milenial.
Sementara jika dilihat dari sumber informasi mengenai tren perawatan wajah, 65 persen responden mengaku terinspirasi dari sosial media seperti Instagram, TikTok, juga YouTube. Kemudian disusul review atau ulasan di marketplace atau e-commerce (27 persen), rekomendasi dari teman atau keluarga (23 persen), lalu rekomendasi dari influencer atau KOL kecantikan (19 persen). Promosi melalui iklan digital maupun televisi dinilai lebih menarik perhatian milenial ketimbang Gen Z.