Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi lembur (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jakarta, FORTUNE - Pascapandemi Covid-19 banyak perusahaan memberlakukan aturan baru dengan kembali mewajibkan karyawan kembali bekerja di kantor. Namun, budaya kerja yang kurang fleksibel seperti hybrid working hingga kini masih menjadi harapan karyawan.

Menariknya, bukan hanya karyawan saja yang enggan berangkat ke kantor, tetapi para leader juga merasakan demikian terutama pascaliburan panjang tahun baru atau usai mengajak anak atau keluarga mereka pergi berlibur.

Mereka juga ingin punya waktu rehat sejenak dengan bersama keluarga di tengah pekerjaan yang hanya mungkin bisa dilakukan dengan sistem Work from Home atau Work from Anywhere.

Melansir Fortune.com, para manajer tidak begitu antusias kembali ke kantor seperti yang mungkin terlihat. Meskipun berada di posisi yang lebih tinggi, banyak dari mereka sebenarnya lebih mendukung kerja jarak jauh (remote working) dan hybrid dibandingkan dengan karyawan mereka.

Fakta ini terungkap dalam survei dari perusahaan perangkat lunak Checkr yang melibatkan 3.000 pekerja dan manajer di Amerika.

Mayoritas manajer (68 persen) mengatakan ingin kerja jarak jauh terus berlanjut di tahun baru, sementara hanya 48 persen karyawan yang merasakan hal yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa narasi tentang perdebatan kembali ke kantor mungkin salah penilaian.

Dalam perdebatan selama bertahun-tahun antara eksekutif yang mendukung WfO dan cara kerja baru, kebanyakan hanya para eksekutif tingkat atas yang mendorong karyawan kembali ke kantor, dengan alasan lebih memantau pekerja mereka.

Nyatanya banyak instrumen yang bisa digunakan untuk memantau pekerjaan, lebih dari kewajiban mengisi absen. 

Hanya 21% eksekutif yang mendukung WfO

Editorial Team

3+

Tonton lebih seru di