BUSINESS

Depresiasi: Definisi dan Metode Penghitungan di Perusahaan

Apa itu depresiasi? Bagaimana cara menghitungnya?

Depresiasi: Definisi dan Metode Penghitungan di Perusahaanilustrasi menghitung (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)
09 September 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Depresiasi bukan istilah asing di dunia bisnis dan ekonomi. Lantas, sebenarnya apa itu depresiasi?

Kata itu erat berkaitan dengan penurunan. Mengutip Economic Times, definisi depresiasi adalah penurunan nilai moneter sebuah aset karena penggunaan, usangnya umur, hingga pengaruh dinamika pasar. Kebalikan dari depresiasi adalah apresiasi, kondisi saat nilai aset meningkat di periode tertentu.

Contoh aset yang bisa terdepresiasi dalam jangka waktu tertentu, yakni properti, mesin, peratalan, hingga mata uang negara. Maka, tidak heran jika Anda sering melihat kata ‘depresiasi’ bersandingan dengan nilai tukar rupiah.

Dalam akuntansi, depresiasi diproyeksikan berdasarkan informasi ihwal jangka waktu manfaat aset, seperti pada nilai properti. Dus, pada bentuk aset seperti itu, kondisi pasar dan fluktuasi ekonomi makro berdampak besar.

Metode untuk menghitung biaya aset berwujud

Melansir Investopedia, istilah depresiasi merujuk pada metode untuk menghitung biaya aset berwujud selama masa penggunaan. Penyusutan nilai mengindikasikan seberapa besar penggunaan nilai aset tersebut. Dus, hal itu memungkinkan perusahaan mengantongi pendapatan dari aset, dengan melepasnya kepada pihak lain.

Jika tidak menghitung nilai depresiasi aset secara rutin setelah pembelian, maka itu akan berdampak terhadap laba. Sebab, nilai aset akan terus berubah seiring bertambahnya depresiasi.

Selain itu, perusahaan bisa mendepresiasi aset jangka panjang untuk keperluan pajak dan akuntansi.

Metode penghitungan depresiasi

Ada sejumlah metode penghitungan depresiasi, di antaranya; straight-line dan penurunan saldo. Berikut ini perincian masing-masing metode:

  • Straight-line

Ini cara paling dasar untuk menghitung depresiasi aset. Sebagai ilustrasi, perusahaan A membeli mesin seharga Rp5 juta. Lalu, diputuskan bahwa nilai sisa aset itu hanya Rp1 juta dan masa manfaatnya 5 tahun. Dengan asumsi itu, nilai aset yang bisa disusutkan mencapai Rp4 juta–didapat dari pengurangan harga beli dan nilai sisa.

Secara tahunan, nilai depresiasinya bisa dihitung dengan metode straight-line dengan membagi nilai aset yang disusutkan dengan masa manfaat. Maka formulanya menjadi seperti ini:

Rp4 juta / 5 tahun = Rp800.000 per tahun. 

Untuk mencari tingkat depresiasi, Anda hanya tinggal membagi nilai depresiasi tahunan dengan nilai aset yang disusutkan, seperti ini:

Rp800.000 / Rp4 juta = 20 persen per tahun.

  • Penurunan saldo

Metode penurunan saldo itu merupakan skema depresiasi yang dipercepat. Dalam metode ini, hasil penghitungan dengan metode sebelumnya akan dikali dengan jumlah sisa penyusutan tiap tahun.

Adapun, metode kedua ini memiliki rumus penghitungan sebagai berikut:

Penurunan saldo penyusutan = (Net Book Value - Salvage Value) x (1 / Masa Manfaat) x tingkat Penyusutan.

Dengan ilustrasi serupa, maka harga pembelian mesin Rp5 juta, dengan nilai sisa Rp1 juta, masa pakai lima tahun, dan tingkat depresiasi 20 persen per tahun. Maka, penghitungan nilai depresiasi per tahunnya menjadi:

- Tahun pertama: Rp4 juta x 20 persen = Rp800.000.

- Tahun kedua: (Rp4 juta - Rp800.000) x 20 persen = Rp640.000

- Dan seterusnya.

Related Topics