BUSINESS

Peluang Bisnis Thrifting di Tengah Problem Fast Fashion

Kesadaran generasi muda dongkrak peluang bisnis thrifting.

Peluang Bisnis Thrifting di Tengah Problem Fast Fashionilustrasi produk baju (unsplash.com/charlesdeluvio)
05 January 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Peluang bisnis thrifting mulai menjamur. Apa itu thrifting? Lalu, berapa besar potensi pasarnya saat ini dan proyeksi pertumbuhannya?

Kamus Cambridge mendefinisikan thrifting sebagai toko yang menjual barang bekas layaknya pakaian, buku, dan furnitur. Dari segi tujuan, beberapa toko barang bekas pakai lebih berfokus pada tujuan nirlaba, seperti kegiatan amal atau donasi bagi tunawisma yang kesulitan untuk makan. Tapi, ada juga toko yang berupaya memaksimalkan profit seperti bisnis pada umumnya.

Ini bukan konsep baru. Dilansir dari Time, Sejarawan Jennifer Le Zotte menyebut bisnis thrifting berawal dari kelompok pelayanan gereja yang mencari dana demi menunjang program mereka. Lalu, berlanjut dengan ‘toko barang bekas’ yang menjadi tempat berburu fesyen bagi para imigran di Amerika pada akhir 1800-an.

Bahkan, pada 1920-an, jenis toko itu terorganisi seperti mal atau department store. Contohnya, Goodwill, yang mempunyai truk sendiri untuk menghimpun pakaian dan peralatan rumah tangga bekas pakai milik lebih dari 1.000 rumah tangga.

Ada pergeseran terminologi saat itu, dari ‘toko barang bekas’ ke ‘toko hemat’ alias thrifting. “Kata hemat mencerminkan daya tarik pemasaran,” ujar Le Zotte.

Peluang bisnis thrifting di dunia dan Indonesia

Keset dari baju bekas
ilustrasi keset dari baju bekas (youtube.com/Anggun Nofianti)

Pasar bisnis thrifting termasuk besar. Laporan IBISWorld menyebut industri toko hemat bernilai US$14,4 miliar di Amerika Serikat. Di sisi lain, Statista memproyeksikan pasar barang bekas pakai dan penjualan kembali berpotensi tumbuh hingga US$141 miliar pada 2023 ini. Bahkan akan terus bertumbuh hingga mencapai US$218 miliar per 2026. Itu lebih dari dua kali lipat dari perkiraan valuasi pasar pada 2021, yakni US$96 miliar.

Generasi muda mendongkrak pertumbuhan industri tersebut. Mengacu pada survei global Statista pada 2021, generasi Z dan milenial tercatat sebagai kelompok yang paling berhasrat membeli pakaian bekas pakai. Penyebabnya? Karena harga lebih murah dan lebih ramah lingkungan.

“Harga pakaian bekas pakai yang lebih rendah juga membuat pakaian bermerek lebih mudah diakses, sehingga pasar barang bekas mewah pribadi terus bertumbuh,” demikian laporan Statista.

Melansir The Finery Report, generasi Z yakin membeli pakaian atau barang lain di toko thrifting merupakan salah satu cara mengatasi masalah dari industri fast fashion. Mereka percaya langkah itu dapat menekan limbah industri tekstil melalui daur ulang produk kelas atas.

Tentu, ini menjadi peluang bisnis thrifting untuk Anda yang ingin merintis usaha. Di Indonesia sendiri, sudah ada sejumlah lokasi khusus yang menjalankan konsep bisnis thrifting. Sebut saja Pasar Senen di Jakarta dan Gedebage di Bandung. Tapi, ada juga platform daring khusus untuk membeli barang bekas pakai, seperti Tinkerlust, Footurama, Hunt-Street, hingga Carousell.

Bagi Anda yang ingin memulai bisnis thrifting, jangan lupa untuk mempersiapkan rencana matang-matang. Cari tahu berapa biaya awal dan biaya operasinya, lalu tentukan target pasar, biaya yang dibebankan kepada konsumen, sampai identitas bisnisnya. Jangan sampai, rencana Anda memanfaatkan peluang bisnis thrifting malah menjadi bumerang karena strateginya kurang baik.

Related Topics