BUSINESS

Profil Mochtar Riady dan Kisahnya: Bermula dari Toko Sepeda

Pada usia 22, Mochtar Riady jadi pemilik toko sepeda.

Profil Mochtar Riady dan Kisahnya: Bermula dari Toko SepedaMochtar Riady. (World Economic Forum/Adam Nadel)

by Tanayastri Dini Isna KH

15 February 2023

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Siapa belum mengetahui profil Mochtar Riady dan kisahnya dalam merintis Grup Lippo? Ikuti rekam jejak kisah Mochtar Riady di sini.

Jauh sebelum menakhkodai Grup Lippo hingga berhasil berekspansi ke berbagai lini bisnis, Mochtar Riady merintis karier sebagai pengusaha pada usia 22. Saat itu, ia memulainya dengan membuka toko sepeda.

Kemudian, pria kelahiran 1929 itu bertolak dari Jawa Timur ke Jakarta pada usia 25, tepatnya pada 1954. Dari situ, ia mulai meniti perjalanan untuk menjadi salah satu pebisnis bernama besar di kawasan Asia.

Apa hal penting yang diperlukan oleh pengusaha dalam mendukung pertumbuhan bisnisnya?

“Peluang penting dalam kehidupan manusia. Untuk bisa menemukan dan memanfaatkannya berarti Anda sudah setengah jalan menuju kesuksesan. Sisanya terletak pada kerja keras,” kata Mochtar dikutip dari situs web resmi Grup Lippo, Rabu (15/2).

Mochtar Riady dan kepiawaiannya menangani krisis

Krisis keuangan Asia pada 1997 menjadi titik balik bagi Mochtar. Saat itu, ia menjadi salah satu tokoh yang mengubah lanskap perbankan Indonesia. Lewat tangannya, kondisi sejumlah lembaga keuangan yang sudah berada di ujung tanduk berubah membaik.

Tak ayal, jejaknya di industri perbankan masih membekas. Melansir Asia Society, ia telah menunjukkan keahliannya dalam bidang finansial. Pada 1960 hingga 1971, ia berhasil membalikkan kondisi defisit sejumlah bank di Indonesia menjadi surplus besar.

Ia pun berhasil melahirkan bank-bank top negara; Bank Buana, Bank Panin, Bank Central Asia, hingga Bank Lippo.

Bank Panin, misalnya, berhasil lahir dari penggabungan empat bank dan menjadi bank swasta terbesar pada masanya.

Pada 1975, Mochtar merevitalisasi Bank Asia Tengah yang hampir bankrut. Di akhir kepemimpinannya, total aset bank itu melampaui Rp7,5 triliun, dengan laba bersih Rp53 miliar per tahun. Contoh lain dari kepiawaiannya dalam bidang perbankan: mempertahankan Bank Lippo melewati krisis keuangan 1997.

Berbekal kecakapan itu, ia akhirnya mendirikan Grup Lippo yang tak hanya menggarap bisnis keuangan, tapi juga di bidang lain seperti properti, infrastruktur, pendidikan, dan rumah sakit.

Mochtar pun turut berkontribusi dalam aktivitas filantropis melalui penelitian dan pengajaran. Salah satunya lewat Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) yang bediri pada 2006. MRIN, bersama Universitas Pelita Harapan dan Rumah Sakit Siloam, memberikan pelatihan dan menggelar penelitian.

Itulah profil Mochtar Riady dan kisahnya. Selain itu semua, Mochtar juga pernah menulis buku, di antaranya: Mencari Peluang di tengah Krisis (1999) dan Gaya Manajemen Nanoteknologi (2004).