Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

10 Alasan untuk Tidak Flexing saat Lebaran

ucapan lebaran
Ilustrasi lebaran (pexels/yusuf miah)
Intinya sih...
  • Menghilangkan Esensi Lebaran: Fokus pada flexing mengalihkan perhatian dari makna Lebaran sebagai momen refleksi dan bersyukur.
  • Membuat Orang Lain Merasa Minder: Memamerkan kekayaan bisa membuat orang lain merasa minder atau sedih karena kondisi ekonomi yang berbeda.
  • Menimbulkan Perasaan Iri dan Dengki: Flexing memancing perasaan iri dan dengki, yang sebaiknya dihindari menurut ajaran Islam.

Jakarta, FORTUNE - Lebaran adalah momen yang dinanti-nantikan oleh umat muslim di seluruh dunia. Hari raya Idulfitri menjadi waktu untuk bersyukur, bersilaturahmi, dan berbagi kebahagiaan dengan keluarga serta orang-orang terdekat.

Tradisi saling mengunjungi, bertukar cerita, dan menikmati hidangan khas Lebaran menjadikan hari raya ini semakin istimewa. Namun, di era media sosial, makna Lebaran sering kali bergeser akibat fenomena flexing atau pamer kekayaan.

Flexing dalam konteks Lebaran bisa berupa memamerkan baju baru yang mahal, tumpukan uang THR, menu makanan mewah, hingga perjalanan ke destinasi wisata eksklusif.

Fenomena ini semakin marak karena media sosial memberikan ruang bagi siapa saja untuk menunjukkan gaya hidupnya secara terbuka. Sayangnya, alih-alih membawa kebahagiaan, flexing justru bisa menimbulkan dampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dalam Islam, sikap berlebihan dalam menunjukkan kekayaan atau kemewahan bukanlah sesuatu yang dianjurkan. Sederhana dalam bersikap dan berbagi kebahagiaan tanpa harus membanding-bandingkan diri dengan orang lain adalah nilai utama yang seharusnya dijunjung tinggi.

Selain itu, flexing juga bisa menimbulkan perasaan iri, minder, hingga memperburuk kondisi mental orang yang melihatnya.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa Lebaran bukan ajang pamer, melainkan waktu untuk mempererat hubungan sosial dan meningkatkan kualitas ibadah. Berikut ini adalah 10 alasan mengapa sebaiknya kita menghindari flexing saat Lebaran.

10 Alasan untuk Tidak Flexing Saat Lebaran

1. Menghilangkan Esensi Lebaran

Lebaran seharusnya menjadi momen refleksi dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Ketika kita sibuk flexing, perhatian kita justru teralihkan dari makna sesungguhnya. Alih-alih fokus pada ibadah dan silaturahmi, kita malah sibuk mencari cara untuk mendapatkan validasi dari orang lain.

2. Membuat Orang Lain Merasa Minder

Tidak semua orang memiliki kondisi ekonomi yang sama. Ketika kita memamerkan kekayaan, ada kemungkinan orang lain merasa minder atau bahkan sedih karena tidak bisa merayakan Lebaran dengan kemewahan yang sama. Hal ini dapat memperburuk suasana hati mereka yang kurang beruntung.

3. Menimbulkan Perasaan Iri dan Dengki

Flexing bisa memancing perasaan iri dan dengki pada orang lain. Dalam Islam, iri hati adalah salah satu sifat buruk yang sebaiknya dihindari. Jika kita memamerkan harta atau pencapaian secara berlebihan, tanpa sadar kita bisa menjadi penyebab orang lain merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki.

4. Rentan Terkena Ujian Riya

Riya atau pamer adalah salah satu penyakit hati yang berbahaya. Ketika kita melakukan sesuatu hanya untuk dipuji atau diakui orang lain, niat baik kita bisa menjadi sia-sia. Alih-alih mendapatkan pahala, kita justru terjerumus dalam sifat yang dilarang dalam Islam.

5. Menambah Beban Finansial Sendiri

Terkadang, orang melakukan flexing bukan karena benar-benar mampu, tetapi karena ingin terlihat kaya. Hal ini bisa berujung pada pengeluaran yang tidak perlu dan bahkan utang. Padahal, setelah Lebaran, masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi.

6. Bisa Memancing Tindak Kejahatan

Memamerkan uang, perhiasan, atau barang mewah di media sosial bisa menarik perhatian orang-orang yang berniat jahat. Banyak kasus pencurian atau perampokan terjadi karena pelaku mengetahui gaya hidup korban dari unggahan di media sosial. Oleh karena itu, menjaga privasi lebih penting daripada sekadar pamer.

7. Tidak Menambah Kebahagiaan yang Sejati

Kebahagiaan sejati tidak datang dari seberapa banyak yang kita miliki atau pamerkan, melainkan dari hubungan yang baik dengan keluarga, teman, dan Tuhan. Flexing mungkin memberi kepuasan sesaat, tetapi tidak memberikan kebahagiaan jangka panjang yang berarti.

8. Bisa Merusak Hubungan dengan Keluarga dan Teman

Saat kita terlalu sibuk pamer, kita bisa tanpa sadar menjauh dari orang-orang terdekat. Daripada menikmati waktu bersama keluarga dan teman, kita malah lebih fokus membuat konten atau mencari pengakuan dari orang lain di media sosial.

9. Bisa Mengajarkan Nilai yang Salah kepada Anak-anak

Anak-anak yang melihat orang tuanya sering flexing bisa tumbuh dengan pemahaman yang keliru tentang kebahagiaan dan kesuksesan. Mereka bisa berpikir bahwa nilai seseorang diukur dari seberapa banyak harta yang bisa dipamerkan, bukan dari kebaikan hati atau kerja keras.

10. Lebih Baik Berbagi daripada Pamer

Daripada menghabiskan uang untuk sesuatu yang hanya untuk dipamerkan, lebih baik kita menggunakannya untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Bersedekah atau memberikan bantuan kepada yang kurang mampu jauh lebih bermakna dan membawa kebahagiaan yang lebih nyata.

Lebaran seharusnya menjadi momen untuk berbagi kebahagiaan, bukan ajang untuk pamer kekayaan. Flexing mungkin terlihat menyenangkan, tetapi dampaknya bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Daripada sibuk mencari validasi di media sosial, lebih baik kita menggunakan momen Lebaran untuk meningkatkan silaturahmi, berbagi dengan yang membutuhkan, dan mensyukuri apa yang kita miliki. Karena pada akhirnya, kebahagiaan sejati tidak datang dari apa yang kita pamerkan, tetapi dari ketulusan hati dalam berbagi dan bersyukur.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us