Akuisisi Bank Victoria Syariah (BVIS), Ini Strategi BTN Menuju Spin-Off BTN Syariah

- BTN telah mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) untuk mendukung spin-off unit usaha syariah BTN.
- Direktur Utama BTN berharap BTN Syariah yang digabungkan dengan BVIS akan menjadi bank syariah nomor dua terbesar di Indonesia.
- BUS gabungan BTN Syariah dan BVIS nantinya akan memiliki nama baru yang ditentukan oleh Presiden Prabowo Subianto berdasarkan usulan BTN dan Menteri BUMN.
Jakarta, FORTUNE - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) rampung mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS). Aksi korporasi ini merupakan bagian dalam mendukung proses pemisahan atau spin off unit usaha syariah BTN.
Penandatanganan Akta Jual Beli dan Pengambilalihan Saham tersebut dilakukan BTN bersama-sama para pemegang saham BVIS, yakni PT Victoria Investama Tbk dan PT Bank Victoria International Tbk pada Kamis, 5 Juni 2025.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menyatakan, aksi korporasi ini merupakan bagian dari inisiatif BTN untuk melakukan spin off. Ia berharap, dengan penggabungan BTN Syariah dan BVIS akan menciptakan entitas yang lebih besar, demi mendukung tercapainya visi menjadikan BTN Syariah sebagai bank syariah nomor dua terbesar di Indonesia.
"Kami secara resmi sudah mendapatkan izin-izin yang dibutuhkan, karena itu kami segera menandatangani Akta Jual Beli ini dengan nilainya kurang lebih Rp1,5 triliun atau sekitar 1,4 hingga 1,5 kali buku BVIS," ujar dia melalui keterangan resmi, dikutip Senin (9/6).
Akuisisi pun ditempuh karena prosesnya lebih mudah dan cepat ketimbang harus membangun bank baru. Proses spin-off BTN Syariah, semula dijadwalkan berlangsung sekitar Oktober hingga November tahun ini, dan ditargetkan rampung serta resmi beroperasi setidaknya sebelum 2025 berakhir.
Direktur Utama Victoria Investama Aldo Jusuf Tjahaja mengatakan, pihaknya optimistis bahwa BVIS di bawah naungan BTN akan menjadi lembaga keuangan syariah yang bertumbuh dan lebih kompetitif di masa yang akan datang. Langkah strategis ini, kata Aldo, akan membuka peluang besar bagi para pemain lainnya untuk memperkuat ekosistem perbankan syariah Indonesia.
“Harapan kami BVIS akan menjadi salah satu institusi pemain kuat di perbankan syariah Indonesia. Semoga kolaborasi ini dapat menjadi kemitraan strategis bersama dan mampu mendukung ekonomi masyarakat dan khususnya ekonomi nasional melalui sektor jasa keuangan syariah,” kata Aldo.
Aset & Rencana Nama BTN Syariah
Nixon mengungkapkan, Bank Umum Syariah (BUS) hasil penggabungan BTN Syariah dan BVIS nantinya akan memiliki nama baru yang ditentukan oleh Presiden Prabowo Subianto berdasarkan usulan BTN dan Menteri BUMN.
Meski begitu, tetap akan dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham baik di BTN maupun Bank Victoria Syariah karena akan ada perubahan anggaran dasar, merk, dan sebagainya.
“Untuk memenuhi kategori BUKU 2 dan Capital Adequacy Ratio (CAR)-nya kita buat mirip dengan kondisi BTN hari ini, yaitu sekitar 18-19 persen, sehingga bank baru ini nantinya bisa langsung ekspansi,” kata Nixon.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12 Tahun 2023 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, tertulis apabila unit usaha syariah mencapai 50 persen dari total nilai aset induknya atau memiliki aset paling sedikit Rp50 triliun. Maka unit usaha syariah itu wajib untuk dipisahkan dari induk bank konvensionalnya.
Pada akhir 2023, total aset BTN Syariah total mencapai Rp54,28 triliun, sehingga BTN Syariah wajib spin-off dalam kurun waktu dua tahun setelah laporan keuangan atau sebelum tahun 2025 berakhir.
"Pada Oktober tahun ini mungkin asetnya sudah mencapai sekitar Rp65-67 triliun, dengan adanya bank syariah BUKU 2 yang baru, Indonesia akan punya ekosistem perbankan syariah yang lebih baik. Sebab market perbankan syariah ini besar, tidak mungkin hanya dilayani satu pemain saja,” pungkas Nixon.