Bank Muamalat Catat Pertumbuhan Transaksi Sertifikasi Halal 50%

- Bank Muamalat Indonesia Tbk memperluas dukungan terhadap industri halal nasional melalui layanan pembayaran biaya sertifikasi halal secara digital.
- Jumlah transaksi pembayaran sertifikasi halal secara online melalui Bank Muamalat kepada BPJPH tumbuh lebih dari 50 persen year-on-year per November 2025.
- Perusahaan juga berupaya meningkatkan kapabilitas infrastruktur digital agar dapat terintegrasi dengan ekosistem halal secara online, seiring dengan transformasi yang sedang dijalankan.
Jakarta, FORTUNE - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk memperluas dukungan terhadap industri halal nasional melalui penyediaan layanan pembayaran biaya sertifikasi halal secara digital. Fasilitas ini ditujukan untuk mempermudah pelaku usaha, khususnya UMKM, dalam memenuhi kewajiban sertifikasi melalui kanal perbankan syariah.
Direktur Bank Muamalat Ricky Rikardo Mulyadi menyebut, jumlah transaksi pembayaran sertifikasi halal secara online melalui Bank Muamalat kepada Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) tumbuh lebih dari 50 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) per November 2025, sejalan dengan itu volume pun naik lebih dari 100 persen (yoy).
"Kemudahan bagi pelaku usaha ini sejalan dengan salah satu misi Bank Muamalat mendukung perkembangan ekosistem ekonomi syariah, industri halal, dan ekosistem haji menuju masyarakat madani. Ini adalah salah satu cara Bank Muamalat meningkatkan manfaat dan dampak nyata untuk pelaku usaha halal," ujar Ricky melalui siaran pers, Selasa (30/12).
Di sisi lain, perseroan telah meningkatkan kapabilitas infrastruktur digital agar dapat terintegrasi dengan ekosistem halal secara online. Perseroan menilai aspek kehalalan tidak hanya melekat pada bahan dan proses produksi, tetapi juga mencakup transaksi keuangan yang mendukung kegiatan usaha.
Menurutnya, integrasi keuangan syariah dengan ekosistem halal memiliki potensi besar dari sisi hulu hingga hilir dan dapat menjadi penggerak pertumbuhan baru apabila dikelola secara konsisten. Kedua sektor dinilai saling melengkapi dan tidak dapat berkembang secara terpisahkn.
"Kami melihat potensi ekonomi ekosistem halal sangat besar. Kami ingin berperan positif di dalamnya melalui pendekatan yang lebih modern dan terstruktur seiring transformasi yang sedang kami jalankan," ujar Ricky.
Hingga kuartal ketiga, bank syariah pertama di Tanah Air ini mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 8,15 persen secara tahunan menjadi Rp9,24 miliar hingga kuartal ketiga 2025. Capaian itu didorong oleh peningkatan pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang naik 11,97 persen menjadi Rp167,39 miliar.
Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) tercatat tumbuh 1,61 persen menjadi Rp43,89 triliun. Kenaikan DPK terutama ditopang oleh pertumbuhan deposito sebesar 4,60 persen menjadi Rp21,77 triliun. Sementara itu, dana murah atau CASA yang terdiri dari giro dan tabungan mengalami penurunan 1,17 persen menjadi Rp22,12 triliun.
Sementara itu sisi intermediasi tercatat sedikit tertekan dengan penyaluran pembiayaan turun 4,62 persen menjadi Rp17,38 triliun. Kualitas aset yang tercermin dari rasio non-performing financing (NPF) gross naik menjadi 4,26 persen per September 2025, mendekati ambang batas yang ditetapkan regulator sebesar 5 persen.
Namun demikian permodalan perseroan masih berada pada level yang solid dengan capital adequacy ratio (CAR) 27,20 persen. Sementara dari sisi aset, Bank Muamalat mencatatkan pertumbuhan 2,40 persen secara tahunan menjadi Rp61,31 triliun per September 2025.


















