Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Bos BI Sentil Bank yang Alot Turunkan Bunga Kredit, Ini Penyebabnya

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Rabu (20/11).  ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Rabu (20/11). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Intinya sih...
  • Suku bunga acuan BI Rate turun 5 kali menjadi 4,75 persen sejak awal tahun hingga November 2025.
  • Bank dinilai lambat menurunkan suku bunga kredit dan simpanan, hanya turun 20 bps dari 9,20% menjadi 9,00% pada Oktober 2025.
  • Special rate untuk deposan besar, biaya operasional tinggi, dan risiko NPL membuat bank enggan menurunkan bunga kredit.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – Sejak awal tahun hingga November 2025, suku bunga acuan atau BI Rate telah turun sebanyak 5 kali menjadi 4,75 persen. Namun, suku bunga kredit perbankan dirasa masih alot atau  lambat turun, menimbulkan pertanyaan di tengah masyarakat dan pelaku usaha.

Bahkan, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyoroti sikap bank yang masih lambat menurunkan bunga kredit hingga simpanan. “Penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat sehingga perlu dipercepat,” kata Perry saat konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG BI) di Jakarta, Rabu (19/11).

Ia membandingkan, penurunan BI-rate telah mencapai 125 bps dalam 10 bulan, namun suku bunga kredit bank berjalan sangat lambat, yaitu baru turun 20 bps. Dari 9,20 persen pada awal 2025 menjadi sebesar 9,00 persen pada Oktober 2025.

Special rate buat lambat penurunan bunga simpanan

Ilustrasi tumpukan uang tunai/Antarafoto Muhammad Adimaja/YU
Ilustrasi tumpukan uang tunai/Antarafoto Muhammad Adimaja/YU

Sementara itu, suku bunga deposito satu bulan juga baru turun sebesar 56 bps dari 4,81 persen pada awal 2025 menjadi 4,25 persen pada Oktober 2025. Perry berpandangan, kondisi ini dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan besar. 

Tak tanggung-tanggung, Perry menyatakan deposan dengan dana simpanan jumbo ini setidaknya menguasai 27 persen dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) bank. "Special rate itu deposan besar, ada pemerintah, kementerian lembaga, non-BUMN, ada pemerintah non-BUMN, ada IKNB, ada swasta maupun juga yang lain-lain,” ungkap Perry.

Selain itu, faktor biaya operasional tidak langsung yang tinggi atau overhead juga menjadi penyebab bank enggan turunkan bunga kredit. Bank juga menyiapkan margin untuk mengantisipasi risiko ketidakpastian ekonomi.

Biaya operasional tinggi & risiko NPL buat bank hati-hati turunkan bunga

Ilustrasi layanan perbankan. (ANTARA FOTO)
Ilustrasi layanan perbankan. (ANTARA FOTO)

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, juga berpandangan bahwa struktur pendanaan bank nasional saat ini masih sangat bergantung pada deposito berjangka. “Di mana persaingan antarbank mempertahankan deposan besar masih tinggi,” kata Josua kepada Fortune Indonesia di Jakarta, (20/11).

Di sisi lain, lambatnya penurunan bunga kredit bank terjadi lantaran ruang penurunan biaya dana digunakan untuk menutup kenaikan biaya operasional dan menjaga margin keuntungan. Kenaikan biaya overhead, lanjut Josua juga berkaitan dengan kebutuhan investasi infrastruktur teknologi, biaya tenaga kerja, promosi, serta penyesuaian lain yang dilakukan bank di tengah tekanan penurunan imbal hasil simpanan. 

“Dalam kondisi demikian, bank cenderung menahan penurunan suku bunga kredit agar margin bunga bersih tetap terjaga dan kapasitas permodalan untuk menyerap risiko tidak tergerus,” jelas Josua.

Sedangkan faktor risiko kredit macet atau NPL juga masih membayangi bisnis bank untuk berhati-hati menurunkan bunga kredit. Walaupun rasio kredit bermasalah secara agregat masih rendah, sekitar 2,24 persen, rasio kredit bermasalah UMKM yang berada di kisaran 4,5 persen menunjukkan tren sedikit meningkat. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us

Latest in Finance

See More

Permintaan Asuransi Oona Naik 400% Meski Perjalanan Luar Negeri Lesu

20 Nov 2025, 17:35 WIBFinance