Insentif EV Segera Berakhir, Pembiayaannya Diproyeksi Tergerus 25%

- Insentif mobil listrik CBU akan berakhir, pembiayaan diproyeksi turun 25%
- CNAF optimistis segmen kendaraan listrik bisa tumbuh positif meski insentif dicabut
- Pencabutan insentif bakal berdampak signifikan pada permintaan mobil listrik, konsumen cenderung kembali memilih mobil berbahan bakar fosil
Jakarta, FORTUNE - Pemerintah berencana tak memperpanjang insentif mobil listrik completely built up (CBU) pada tahun depan. Hal ini diprediksi bakal menggerus pasar pembiayaan sektor otomotif khususny mobil listrik hingga 25 persen.
Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman menilai langkah pemerintah mencabut insentif kendaraan listrik merupakan upaya membangun ekosistem Electric Vehicle (EV) yang lebih mandiri di Indonesia, meski berpotensi menjadi tantangan bagi industri.
"Jika realistis melihat tantangan tahun depan, kemungkinan akan terjadi penurunan akan permintaan pembiayaan mobil listrik dikisaran 20 persen hingga 25 persen untuk dari kondisi sebelum insentif ini berakhir," ujarnya kepada Fortune Indonesia, Senin (29/9).
Kendati demikian, perusahaan optimistis segmen kendaraan listrik bisa tumbuh positif seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap keberlanjutan dan efisiensi. Hingga Agustus 2025, CNAF telah menyalurkan pembiayaan kendaraan ramah lingkungan senilai Rp842 miliar, melonjak 96 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp430 miliar.
Sementara itu, Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai penghentian insentif bakal memberi dampak signifikan pada permintaan mobil listrik, terutama bagi konsumen yang tengah mencari kendaraan roda empat. Menurutnya, tanpa insentif, masyarakat cenderung kembali memilih mobil berbahan bakar fosil, meski penjualannya kini juga tertekan oleh lemahnya daya beli.
"Ketika insentif mobil EV dicabut pasti akan menurunkan permintaan multifinance. Namun demikian, pencabutan insentif ini juga diperlukan ketika pemerintah memerlukan penerimaan," ujarnya.
Sebagai gantinya, Nailul merekomendasikan alokasi insentif di masa mendatang lebih baik diarahkan pada transportasi publik berbasis listrik, seperti bus listrik, yang dampaknya lebih luas terhadap pengembangan ekosistem kendaraan ramah lingkungan.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjulan mobil nasional sebesar 374.740 unit pada Januari–Juni 2025. Adapun, penjualan mobil listrik murni atau battery electric vehicle (BEV) menyumbang penjualan 36.611 unit, dengan pangsa pasar 9,77 persen, sekaligus menjadi capaian tertinggi sepanjang sejarahpenjualan BEV di dalam negeri.