OECD Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI jadi 4,9%

- OECD memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi RI menjadi 4,9% di 2025
- BI diperkirakan tidak akan menaikan suku bunga di 2025
- Ekonomi global juga diprediksi akan melambat di level 3,1 persen di 2025 dan 3,0 persen di 2026
Jakarta, FORTUNE - Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9 persen di 2025. Padahal sebelumnya, lembaga ini masih memproyeksikan ekonomi RI dapat tumbuh 5,2 persen. Dengan demikian, ada penurunan proyeksi sebesar 0,3 persen.
Hal itu terungkap dalam laporan terbaru OECD Economic Outlook, Interim Report March 2025 'Steering to Uncertainty'. OECD menyatakan, penurunan proyeksi itu terjadi lantaran disrupsi ekonomi di berbagai negara berkembang lainnya.
"Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang G20 secara umum diproyeksikan juga melambat," tulis OECD yang dikutip di Jakarta, Selasa (18/3).
Meski demikian, lembaga ini masih menaruh optimis terhadap ekonomi Indonesia yang diperkirakan tidak akan turun drastis. Hal itu didorong oleh pertumbuhan ekspor dan konsumsi masyarakat.
BI diperkirakan tidak akan naikkan suku bunga di 2025

Di sisi lain, OECD juga memprediksi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih akan stabil dan tidak akan menaikkan bunga di tahun ini. Seperti diketahui, pada awal 2025 saja BI telah menurunkan bunga acuan 25 bps yang kini berada di level 5,75 persen.
Kondisi itu terjadi guna menahan laju inflasi. Di mana OECD memproyeksikan inflasi Indonesia akan berada di angka 1,8 persen pada 2025. Proyeksi itu masih lebih rendah 0,3 persen daripada proyeksi OECD pada Desember 2024 lalu.
Sementara itu, ekonomi global juga diprediksi akan melambat di level 3,1 persen di 2025 dan 3,0 persen di 2026. Proyeksi ini juga menurun bila dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya di 3,3 persen.
"Hambatan perdagangan yang tinggi di beberapa ekonomi G20, meningkatnya ketidakpastian geopolitik, dan kebijakan yang membebani investasi serta pengeluaran rumah tangga," tulis OECD.