Ilustrasi Bank DKI/Shutterstock Farzand01
Direktur Ritel & Syariah Bank DKI, Babay Parid Wazdi mengungkapkan, Bank DKI akan melakukan kajian potensi penyesuaian suku bunga simpanan dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal. Pertimbangan tersebut termasuk melihat kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana atau cost of fund.
“Suku bunga dasar kredit (SBDK) Bank DKI akan mengikuti kondisi pasar dengan memperhatikan tingkat suku bunga acuan, kondisi likuiditas dan tingkat kompetisi dengan bank lain. Selama tahun 2022 SBDK Bank DKI cukup kompetitif jika dibandingkan dengan peers,” kata Babay kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (1/12).
Dirinya mengatakan, pada prinsipnya, sebagai BPD, Bank DKI berperan sebagai fasilitator pertumbuhan ekonomi rakyat melalui BUMD. Untuk itu, pihaknya berkomitmen untuk mendukung ekonomi daerah.
Babay menambahkan, industri BPD di Indonesia diyakini bisa tetap survive kedepannya. Namun demikian, BPD harus menyiapkan berbagai strategi, salah satunya dengan melakukan perubahan dan transformasi diberbagai aspek.
“Sinergi dan inovasi merupakan kunci bagi bank untuk dapat bertahan ditengah berbagai tantangan yang dihadapi, tanpa mengesampingkan ciri khas BPD yang memiliki peran dalam membantu membangun perekonomian masyarakat dan pembangunan daerah,” kata Babay.
Bank DKI terus membukukan kinerja positif dengan ekspansi yang solid pada kuartal ketiga tahun 2022, seiring dengan fokus pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan. Salah satu indikator kinerja keuangan ialah dengan mencatatkan pertumbuhan laba yang baik dan diiringi dengan perbaikan kualitas aset yang dimiliki.
Laba bersih Bank DKI mencatatkan pertumbuhan sebesar 28,83 persen secara year on year (YoY), dari semula sebesar Rp564 miliar pada September 2021, menjadi sebesar Rp726 miliar pada September 2022.