FINANCE

Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 5,75%, Ini Indikator Utamanya

Inflasi 4%, kredit perbankan tumbuh 9,39%.

Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 5,75%, Ini Indikator UtamanyaRapat Dewan Gubernur BI Periode Januari 2023/Dok BI
22 June 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) diputuskan untuk tetap sebesar 5,75 persen dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 21-22 Juni 2023. Sementara itu, untuk suku bunga deposit facility juga tetap sebesar 5,00 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 6,50 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, keputusan tersebut konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen pada sisa tahun 2023. Sepert diketahui bersama, inflasi IHK pada bulan Mei 2023 tercatat 4,00 persen (yoy) atau berada di batas atas sasaran 3,0±1 persen.

“Kebijakan likuiditas dan makroprudensial longgar terus dilanjutkan untuk mendorong penyaluran kredit/pembiayaan dan tetap mempertahankan terjaganya stabilitas sistem keuangan,” kata Perry melalui konferensi video di Jakarta, Kamis (22/6).

Selain itu, fokus kebijakan juga diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Nilai tukar rupiah sedikit melemah 0,56% secara rerata

Ilustrasi Bank Indonesia dalam Uang/Shutterstock E.S Nugraha

Perry menjelaskan, nilai tukar Rupiah terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. Bank sentral menilai, ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar Rupiah sampai dengan 21 Juni 2023 secara rerata sedikit melemah sebesar 0,56 persen dibandingkan dengan rerata kurs Mei 2023. Namun demikian, nilai tukar Rupiah secara point-to-point, baik dibandingkan dengan akhir Mei 2023 maupun akhir tahun 2022, menguat masing-masing sebesar 0,30 persen dan 4,17 persen.

“Dengan perkembangan tersebut, penguatan Rupiah dibandingkan dengan level akhir tahun 2022 lebih baik dari apresiasi Rupee India dan Peso Filipina masing-masing sebesar 0,85 persen dan 0,15 persen sedangkan Thai Baht mencatat depresiasi 0,70 persen,” jelas Perry.

Ia menyebut, ke depannya BI memprakirakan apresiasi nilai tukar Rupiah berlanjut ditopang oleh surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Kredit perbankan tumbuh 9,39%

Kawasan SCBD Senayan/Shutterstock N Rudianto

Related Topics