BI-Rate Turun, Kapan Bunga Kredit Bank Mengikuti?

- Suku bunga kredit perbankan diprediksi turun hingga akhir tahun 2025 setelah penurunan BI Rate menjadi 5 persen di Agustus 2025.
- OJK mencatat suku bunga kredit rupiah turun 7 bps dibanding tahun sebelumnya, terutama pada kredit produktif.
- Bank perlu mengelola strategi pendanaan untuk menciptakan ruang penurunan bunga kredit yang lebih signifikan, sementara BCA masih cermati peluang penurunan bunga kredit melalui perkembangan suku bunga acuan ke depan.
Jakarta, FORTUNE – Seiring penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 5 persen di Agustus 2025, suku bunga kredit perbankan juga diprediksi bakal dalam tren menurun hingga akhir tahun.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, rata-rata tertimbang suku bunga kredit rupiah masih sebesar 9,16 persen hingga Juli 2025 atau turun 7 bps dibanding tahun sebelumnya. Penurunan bunga ini terutama terjadi pada kredit produktif.
“Umumnya, penurunan BI Rate akan diikuti penurunan bunga kredit dengan jeda waktu tertentu, sehingga diperkirakan tren penurunan masih berlanjut sepanjang 2025. OJK menilai masih terdapat ruang penurunan suku bunga kredit lebih lanjut, sejalan dengan ekspektasi penurunan suku bunga global di paruh kedua 2025,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae melalui keterangan resmi di Jakarta, (24/8).
Namun demikian, penurunan suku bunga bank ke depan bergantung pada struktur biaya dana atau Cost of Fund (CoF) tiap bank, karena sebagian masih mengandalkan dana mahal (time deposit) dalam komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK). “Oleh karena itu, bank perlu mengelola strategi pendanaan, khususnya dengan meningkatkan porsi dana murah, untuk menciptakan ruang penurunan bunga kredit yang lebih signifikan,” kata Dian.
OJK juga terus mengimbau agar bank dapat secara bertahap menyesuaikan tingkat suku bunganya, agar tetap sejalan dengan kondisi pasar, rasio keuangan yang sehat dan tidak menciptakan persaingan bunga yang kurang sehat. Industri perbankan nasional juga diminta untuk tetap menjaga transparansi dan perlindungan konsumen dalam menyampaikan informasi terkait produk perbankan.
Sementara itu, hasil revisi Rencana Bisnis Bank Umum (RBB) pada paruh pertama 2025 juga masih menunjukkan adanya penyesuaian target menjadi lebih konservatif. Kondisi ini terjadi akibat perubahan kondisi makroekonomi dan dinamika global.
BCA masih cermati peluang penurunan bunga kredit

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) masih mencermati peluang penurunan bunga kredit melalui perkembangan suku bunga acuan ke depan, parameter makroekonomi hingga kondisi likuiditas sektor perbankan. BCA melihat keputusan BI menurunkan bunga dua kali berturut-turut di Juli dan Augustus 2025 untuk merespon dinamika ekonomi global serta pergerakan suku bunga The Fed.
“BCA senantiasa melakukan review secara berkala dan memperhatikan tingkat suku bunga kredit pada level yang dapat diterima pasar dan memperhatikan daya beli masyarakat,” kata Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn kepada Fortune Indonesia di Jakarta, (25/8).
Dilansir dari laman resmi BCA, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) BCA untuk kredit korporasi berada pada level 7,82 persen periode 31 Juli 2025. Ke depan, lanjut Hera, BCA juga akan terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor secara pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin.
Sebelumnya, BCA dan entitas anak membukukan peningkatan total kredit sebesar 12,9 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp959 triliun per Juni 2025. Laba bersih BCA dan entitas anak tumbuh 8 persen (yoy) menjadi Rp29 triliun pada Semester I tahun 2025, ditopang ekspansi pembiayaan berkualitas serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.