Ilustrasi ekosistem EBT. (Pixabay/Akitada31)
Saat ini PT TBP Tbk mengoperasikan dua proyek pertambangan nikel laterit aktif seluas 5.523,99 hektar di Desa Kawasi, Halmahera Selatan, Maluku Utara melalui dua konsesi pertambangan. Perseroan juga memiliki dua prospek pertambangan nikel seluas 3.660,24 hektar yang terletak di Pulau Obi.
Lebih lanjut Roy menambahkan, PT TBP Tbk berada di posisi strategis untuk mendapatkan keuntungan dari meningkatnya kebutuhan baterai di industri kendaraan listrik, sebagai respons terhadap upaya transisi energi. Ini akan meningkatkan permintaan bijih nikel maupun MHP.
Seperti diketahui, laba periode berjalan PT TBP Tbk melesat 207,95 persen dari Rp1,39 triliun per November 2021 menjadi Rp4,30 triliun per 30 November 2022. Laba per saham ikut naik dari Rp23,16 per lembar saham menjadi Rp78,63.
Roy menyatakan PT TBP Tbk akan terus mendukung upaya hilirisasi nikel yang digaungkan Pemerintah dan berharap dapat memberikan kontribusi berharga dalam terciptanya ekosistem industri baterai isi ulang untuk kendaraan listrik di Indonesia.
Sementara itu, mengintip kinerja keuangan, pendapatan PT TBP Tbk dari kontrak dengan pelanggan mencapai Rp9,04 triliun selama periode Januari hingga November 2022. Naik 17,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. PT TBP Tbk juga mencatat pendapatan lain sebesar Rp231,30 miliar, meningkat 255,82 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp65 miliar. Perseroan juga berhasil menekan beban penjualan, umum dan administrasi sebesar 9,05 persen dari Rp873,45 miliar menjadi Rp794,43 miliar.