Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah, Pasokan Tekan Pasar Global

ilustrasi barel minyak
ilustrasi barel minyak (unsplash.com/Atik sulianami)
Intinya sih...
  • Harga minyak turun ke level terendah sejak awal 2021 akibat surplus pasokan global.
  • Produksi OPEC+ dan peningkatan output AS memperparah ketidakseimbangan pasar.
  • Wall Street menilai tekanan harga berpotensi berlanjut hingga 2026.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE — Harga minyak mentah dunia jatuh ke level terendah dalam hampir empat tahun terakhir, mencerminkan tekanan kuat dari kelebihan pasokan global yang semakin nyata.

Pada perdagangan Selasa (16/12), pergerakan harga menunjukkan pelemahan tajam di tengah meningkatnya produksi dan terbatasnya daya serap pasar.

Minyak mentah Brent yang menjadi patokan internasional turun lebih dari 2 persen dan diperdagangkan di bawah 59 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah acuan Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), melemah lebih dari 3 persen dan sempat menyentuh level di bawah 55 dolar AS per barel.

Kedua patokan tersebut berada di posisi terendah sejak Februari 2021, dengan pasar menilai surplus pasokan semakin sulit diserap.

Pasokan global melimpah, tekan harga minyak

Tekanan utama berasal dari sisi suplai. Sepanjang tahun ini, harga Brent dan WTI bergerak menuju penurunan tahunan lebih dari 20 persen, seiring membanjirnya pasokan dari berbagai kawasan.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) secara bertahap melonggarkan kebijakan pemangkasan produksi yang sebelumnya diterapkan.

Sejak April hingga Desember, negara-negara OPEC+ tercatat meningkatkan produksi sekitar 2,9 juta barel per hari. Peningkatan ini terjadi ketika Arab Saudi berupaya merebut kembali pangsa pasar sekaligus mempertahankan pengaruhnya terhadap harga global.

Di luar OPEC+, produksi dari Amerika Serikat juga terus meningkat, dengan Badan Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan persediaan domestik akan terus bertambah hingga 2026.

Meski OPEC+ memutuskan menahan tingkat produksi hingga kuartal pertama tahun depan, International Energy Agency memperkirakan surplus pasokan minyak global pada 2026 dapat mencapai 3,8 juta barel per hari.

Angka tersebut menegaskan ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan masih berlanjut.

Persediaan menggunung dan sinyal contango

Kelebihan pasokan juga tercermin dari meningkatnya penimbunan minyak di laut. Dilansir Yahoo Finance, lebih dari 1 miliar barel minyak mentah kini tersimpan di kapal tanker di berbagai perairan dunia, karena penjual kesulitan menemukan pembeli dalam waktu dekat.

Pada Selasa (16/12) pagi, harga minyak mentah Dubai serta minyak di kawasan Teluk AS masuk ke dalam kondisi contango, menurut data Bloomberg.

Kondisi ini terjadi ketika harga kontrak berjangka jangka panjang (futures) lebih tinggi dibandingkan harga spot, mencerminkan ekspektasi pasar terhadap pasokan yang longgar dan meningkatnya biaya penyimpanan.

Tekanan turut merembet ke produk olahan. Crack spreads—selisih harga minyak mentah dengan produk turunannya seperti bensin, diesel, dan bahan bakar jet—menyempit dalam beberapa pekan terakhir.

Instrumen derivatif yang sebelumnya menopang kekuatan pasar minyak juga menunjukkan pelemahan.

Geopolitik dan kebijakan moneter jadi penahan terbatas

Di luar faktor suplai, sejumlah perkembangan geopolitik dinilai berpotensi memengaruhi pergerakan harga, meski dampaknya terbatas.

Sanksi terbaru Departemen Keuangan AS terhadap Rosneft dan Lukoil secara teori dapat mengurangi pasokan Rusia, namun pasar masih menilai minyak tersebut tetap menemukan jalur ekspor ke China dan India.

Sebaliknya, jika tercapai kesepakatan damai Rusia–Ukraina dan sanksi dicabut, ekspor energi Rusia justru berpotensi meningkat dan memperbesar surplus.

Di Amerika Latin, ketegangan antara Washington dan Caracas juga menambah ketidakpastian terhadap aliran minyak Venezuela.

Sementara itu, pemangkasan suku bunga Federal Reserve, termasuk penurunan seperempat poin pekan lalu, biasanya bersifat positif bagi harga komoditas.

Namun, menurut Rystad Energy, faktor moneter belum cukup kuat untuk mengimbangi tekanan fundamental.

“Untuk komoditas energi secara khusus, fundamental tetap menjadi jangkar utama,” ujar Claudio Galimberti, chief economist Rystad Energy.

FAQ seputar harga minyak

Mengapa harga minyak anjlok ke level terendah?

Harga turun karena kelebihan pasokan global yang terus meningkat dan sulit diserap pasar.

Berapa level harga minyak saat ini?

Brent berada di sekitar 59 dolar AS per barel dan WTI sempat turun di bawah 55 dolar AS per barel.

Bagaimana proyeksi harga minyak ke depan?

Sejumlah bank investasi memperkirakan harga tetap tertekan hingga 2026 akibat surplus pasokan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yunisda Dwi Saputri
EditorYunisda Dwi Saputri
Follow Us

Latest in Market

See More

Dividen Interim BBRI Rp137 per Saham, Cek Jadwal Lengkapnya

17 Des 2025, 14:00 WIBMarket