Laba Bersih PGEO Turun 22,18% di Q3-2025, Harga Saham Tertekan 4,5%

Jakarta, FORTUNE - Emiten Grup Pertamina, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), membukukan penurunan laba bersih 22,18 persen (YoY) menjadi US$104,28 juta pada akhir September 2025.
Padahal, pendapatan perseroan bertumbuh 4,2 persen (YoY) dari US$306,02 juta menjadi US$318,86 juta. Mayoritas pendapatan berasal dari wilayah Kamojang (US$116,03 juta). Kemudian disusul dari wilayah Ulubelu (US$91,34 juta) dan Lahendong (US$62,38 juta).
Koreksi laba bersih itu disebabkan oleh rugi selisih kurs sebesar US$10,22 juta pada 9 bulan pertama 2025. Angka itu berbalik dari laba selisih kurs pada periode serupa di 2024, yakni sebesar US$13,06 juta.
Faktor yang turut menekan laba bersih PGEO adalah beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya yang meningkat dari US$120,01 juta menjadi US$140,21 juta. Begitu pula dengan beban umum administrasi dan beban keuangan perseroan yang masing-masing sebesar US$21,16 juta (dari US$15,03 juta) dan US$22,87 juta (dari US$16,80 juta).
Sejalan dengan koreksi tersebut, laba per saham dasar PGEO juga tertekan hingga 21,88 persen dari US$0,0032 menjadi US$0,0025.
Alhasil, merespons kabar tersebut, saham PGEO terkoreksi hingga 4,51 persen ke harga Rp1.270 pada akhir perdagangan sesi I, Senin (27/10). Dikutip dari IDX Mobile, volume transaksi atas perdagangan saham PGEO pada sesi itu berjumlah 30,8 juta saham. Sementara itu, nilai transaksinya mencapai Rp39,9 miliar dengan total frekuensi sebanyak 6.940 kali.
Dari sisi neraca, total aset PGEO mencapai US$2,96 miliar pada akhir September 2025. Angka itu menurun dari jumlah aset perseroan pada penghujung 2024, US$2,99 miliar.
Liabilitas perseroan juga menurun dari US$988,65 miliar menjadi US$957,39 miliar pada akhir kuartal-III 2025. Ekuitas PGEO pun tercatat berkurang tipis menjadi US$2 miliar pada.










