MARKET

Sentimen Negatif, Bitcoin Mencapai Posisi Terendah dalam 18 Bulan

Altcoin juga membukukan koreksi harga.

Sentimen Negatif, Bitcoin Mencapai Posisi Terendah dalam 18 BulanTanda Bitcoin ditampilkan di luar toko tempat cryptocurrency diterima sebagai metode pembayaran di San Salvador, El Salvador, Selasa (1/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Jose Cabezas
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Bitcoin mengalami koreksi harga yang signifikan pada Senin (13/6) tersebab sejumlah sentimen negatif. Mengutip Bloomberg, harga aset kripto tersebut kemarin turun 12 persen menjadi sekitar US$23 ribuan, dan dianggap terendah sejak Desember 2020.

Aset kripto lain turut membukukan penurunan diperkirakan seiring aksi jual yang berlanjut. Menurut MVIS CryptoCompare Digital Assets 100 Index, yang mengukur 100 token teratas, terjadi koreksi sebanyak 14 persen. Pun demikian, total kapitalisasi pasar aset kripto saat ini hanya mencapai sekitar US$1 triliun, atau turun dari US$3 triliun November tahun lalu.

“Aset kripto tetap berada di bawah kekuasaan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dan terjebak dalam gelombang pergerakan dengan Nasdaq dan aset berisiko lainnya,” kata Antoni Trenchev, Co-Founder dan Managing Partner Nexo, perusahaan pemberi pinjaman aset kripto, dikutip Selasa (14/6).

Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan lebih agresif menyesuaikan kebijakan moneternya beriring inflasi yang membubung. Sebelumnya, Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat inflasi AS bulan lalu mencapai 8,6 persen, dan merupakan nilai tertinggi dalam empat dekade.

Di sisi lain, pasar juga terkena sentimen dari Celcius, perusahaan pemberi pinjaman, yang menghentikan semua aktivitas penarikan, pertukaran, dan transfer akun. Itu belum termasuk kekhawatiran yang melanda pasar usai krisis stablecoin TerraUSD dan Luna, menurut Fortune.com.

Sementara itu, koin alternatif atau altcoin, juga mengalami koreksi harga. Ether, misalnya, turun 20 persen, dan dianggap terendah sejak Januari 2021. Pada saat bersamaan, Avalanche terkoreksi 19 persen, dan Dogecoin 20 persen.

Dikutip dari coinmarketcap, saat artikel ini ditulis, Selasa (14/6) pagi, harga Bitcoin bahkan masih menunjukkan penurunan menjadi sekitar US$22 ribuan. Sedangkan, Ethereum dalam 24 jam terakhir terkoreksi 16,8 persen menjadi hanya US$1.200an.

Proyeksi

Ilustrasi Bitcoin fisik.Ilustrasi Bitcoin fisik. (Shutterstock/Kitti Suwanekkasit)

CIO Manajemen Aset Bitwise, Matt Hougan, menyebut pasar kripto mengalami guncangan dari efek samping makro akibat kebijakan moneter bank sentral AS. “Ini adalah pengujian daya tahan (stress test) besar-besaran pada sistem. Pada umumnya, sebagian besar hal lulus ujian, tetapi tidak semuanya,” katanya, seperti dikutip dari Fortune.com.

Menurutnya, situasi dimaksud bakal berlanjut setidaknya dalam jangka pendek. "Proses membersihkan ekses dari pasar yang mengalami kenaikan di masa lalu ini bisa menyakitkan dan bisa berlanjut lebih lama dari yang diperkirakan banyak orang."

Akan tetapi, untuk jangka panjang, "ini akan berlalu," katanya.

Sebelumnya, trader Tokocrypto, Afid Sugiono, berpendapat ketika The Fed menyesuaikan kebijakan suku bunga acuan, maka tingkat inbal hasil instrumen berpendaptan tetap bakal meningkat, demikian dengan nilai dolar AS. “Alhasil, aset berisiko jadi dipandang tidak menarik dan menjadi lebih mahal di mata investor," ujarnya.

Sentimen negatif terhadap kripto juga datang dari Bank Dunia yang memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 2,9 persen dari 4,1 persen, kata Afid. Dampak invasi Rusia ke Ukraina juga berlanjut dengan harga minyak mentah yang melonjak.

Afid menyebut, transaksi perdagangan kripto yang stagnan juga diakibatkan keragu-raguan investor soal titik terendah harga aset. Dengan begitu, investor tidak melakukan strategi pembelian di harga terendah atau buy the dip. “Karenanya, pasar membutuhkan beberapa katalis baru untuk keluar dari kelesuan ini dan kemungkinan masih butuh waktu untuk pasar bullish," katanya.